menitindonesia, MAKASSAR – Budayawan asal Sulawesi Selatan (Sulsel), Mohammad Hasymi Ibrahim, menyentil konstalasi politik di Sulsel, yang ditandai dengan datangnya generasi baru yang menguasai panggung politik dan membuat pemain lama, terdesak untuk berada di pinggir arena.
“Secara praktis, hari ini struktur politik Sulsel dapat dibagi menjadi dua arus penting, yaitu arus ketaatan atau loyalitas pada strukur partai politik nasional yang bermuara pada berbagai bentuk perilaku politik aktor yang ada di dalam partai, dan arus kewibawaan pemimpin-pemimpin non partai dan atau bekas tokoh partai yang juga bermuara pada tindakan aktor-aktor politik yang ada saat ini,” kata Hasymi melalui keterangannya, Minggu (17/10/2021).
Ia menjelaskan, dari dua arus ini, Nurdin Abdullah mencapai posisi puncak politik sebagai Gubernur, misalnya, sangat dipengaruhi oleh arus ketaatan atau loyalitas sebagai mana disebutkan.
“Nurdin Abdullah menang karena disokong oleh PDIP dengan tokoh kunci Megawati Soekarnoputri dan tentu saja Presiden Jokowi ditambah dengan partai-partai lain pengusungnya,” ujar Hasymi.
Untuk arus kedua arus kewibawaan pemimpin, kata dia, faktor Pak JK akan tetap dipandang sebagai penentu pencapaian posisi-posisi politik pemilihan bagi para aktor, baik dalam ruang lingkup jabatan kepartaian dan jabatan-jabatan strategis lokal dan nasional.
Menurutnya, kedua lapis arus “penentu” ini, kemudian berjumpa dengan anasir penting perjalanan politik Sulsel hari ini yaitu terjadinya secara lebih cepat apa yang biasa disebut regenerasi.
“Harus diakui, para aktor politik Sulsel hari ini adalah tokoh-tokoh generasi baru yang dapat dilihat dari rata-rata ketua atau pimpinan daerah partai-partai politik. Mereka itulah yang saat ini sedang berperan penting menyelenggarakan dan mewarnai perpolitikan Sulsel hari ini,” jelas Hasymi.
Penyair dan penggiat kebudayaan ini mencontohkan sosok generasi baru itu yang mengendalikan partai politik di Sulsel, yakni Taufan Pawe (Golkar), Rusdi Masse (Nasdem), Ni’matullah Rahim Bone (Demokrat), Andi Irwan Darmawan Aras (Gerindra) dan juga sejumlah walikota dan bupati, misalnya Danny Pomanto (Makassar), Indah Putri (Luwu Timur), Adnan Purichta Ichsan (Gowa) dan Chaidir Syam (Maros).
“Mereka inilah generasi baru yang menentukan arah politik Sulsel ke depan. Sedangkan generasi di atasnya seperti Syahrul Yasin Limpo, Nurdin Halid dan Ilham Arief Sirajuddin, tidak lagi secara harian menjadi pelaku politik di arena Sulsel, mereka telah tergantikan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Hasymi mengatakan, kiprah politik Syahrul Yasin Limpo, Nurdin Halid dan Ilham Arif Sirajuddin sudah dianggap selesai di panggung politik Sulsel, yang seharusnya dipandang sebagai pemimpin yang memainkan arus kewibawaan.
“Atau secara kasar dapat disebut bahwa lapis generasi ini seharusnya sudah memainkan peran seperti Pak JK dalam politik Sulsel hari-hari ini, jadi mereka harus minggir,” pungkasnya. (roma)