menitindonesia, MAKASSAR – Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota Parepare, Azis Iskandar, menyampaikan optimismenya menatap peluang Partai Demokrat pada Pemilu 2024, baik di Pileg, Pilpres dan Pilkada Gubernur maupun Pilkada Kabupaten dan Kota.
“Selama era Pak Reza Ali hingga era Pak Ulla saat ini, Demokrat baik-baik saja,” kata Azis Iskandar melalui keterangannya, Rabu (5/1/2022).
Dia menyayangkan pernyataan oknum Anggota Fraksi Demokrat di DPRD Sulsel yang merasa pesimis seolah-olah Demokrat dipandang enteng di Pemilu 2024 mendatang. Menurut Azis, dinamika Musda IV Partai Demokrat Sulsel tak perlu menjadi perdebatan di ruang publik. Sebab, kata dia, Musda sudah menetapkan dua calon yang memenuhi syarat. Selanjutnya, proses penentuan siapa yang bakal jadi ketua, tergantung hasil fit and proper test di DPP Partai Demokrat, nanti.
Azis juga mengingatkan, bahwa saat Partai Demokrat dipimpin Ketua Umum Anas Urbaningrum, kejayaan Demokrat yang diraih pada Pemilu 2009, terperosok dan citra demokrat yang begitu hebat, tiba-tiba rontok dalam sekejap.
“Bayangkan, bagaimana hancurnya partai ini saat ketua umumnya, Mas Anas, dipanggil ke KPK dan dipakaikan rompi orange lalu dibawa dengan mobil tahanan ke penjara Sukamiskin. Isu korupsi ini membuat Demokrat terjun bebas, dan kami di Sulsel pun berusaha bangkit,” ujar Azis Iskandar.
Azis mengingatkan, Pemilu 2014 saat Demokrat dihajar isu korupsi, sangat berdampak pada perolehan suara secara nasional, karena citra partai tercoreng.
“Di Pemilu 2014 citra Demokrat tercoreng karena Ketua Umumnya, Mas Anas, dan jajaran di DPP, Ibu Anggie dan Pak Andi Mallarangeng juga ditangkap KPK. Demokrat lalu diberi cap sebagai partai koruptor. Kami kader di daerah, bangkit memperbaiki kembali citra partai ini. Meskipun kami malu, karena gambar ketua umum kami saat itu, Mas Anas, beredar di youtube dan google dengan rompi tahanan KPK saat Pemilu,” ucap Azis Iskandar.
Azis juga mengaku terpanggil menyampaikan suara hati kader Demokrat di tingkat paling bawah. Menurutnya, sejak 2014, Partai ini bangkit melawan isu korupsi yang melibatkan kader Demokrat di tingkat nasional yang dampaknya turut ditanggung seluruh kader hingga ke tingkat paling bawah.
“Kami yang bersosialisasi di Pemilu seolah-olah dicap juga sebagai koruptor. Syukurlah, di saat daerah lain kehilangan kursi yang banyak, Demokrat di Sulsel bisa bertahan di kursi pimpinan DPRD Sulsel dengan perolehan 10 kursi,” terangnya.
Azis berharap, agar rangkaian Musda yang sudah diserahkan ke DPP, sebelum memasuki fit and proper test terhadap dua calon Ketua Demokrat Sulsel yang sudah ditetapkan, dinamika politik di internal Demokrat tidak saling mencederai antara pendukung kandidat.
“Kami berharap kandidat ketua DPD tidak saling mencederai. Di Demokrat kita punya budaya santun dan terbiasa melakukan kerja tim. Sehebat apapun ketokohan yang kita miliki, tanpa kerja tim, hanyalah halusinasi untuk meraih kemenangan,” ucapnya.
Terkait dua kandidat Ketua Demokrat Sulsel, yakni Ni’matullah Rahim Bone (Ulla) dan Ilham Arif Sirajuddin (IAS), menurutnya keduanya memiliki kans yang sama. Soal siapa yang dipilih oleh DPP nanti, kata dia, tergantung hasil fit and proper test dan hasil keputusan Tim 3 DPP Partai Demokrat yang terdiri: Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono, Sekjen Teuku Rifki Harsyah dan Kepala BPOKK, Herman Khaeron.
“Siapapun yang dipilih oleh DPP, apakah Pak Ulla atau Pak IAS, kami kader di sini sami’na wa athona, taat dan dengar dengan keputusan DPP. Kami percaya DPP memiliki pertimbangan sebelum menentukan ketua nanti. Pak Ulla atau Pak IAS, keduanya kader yang baik, yang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing,” pungkasnya. (roma)