menitindonesia, MAKASSAR – Pemilihan Ketua Majelis Wali Amanah (MWA) Universitas Hasanuddin (Unhas) Periode 2023-2027, menjadi pergunjingan para guru besar, dosen dan alumni Unhas. Semua menunjuk jika pemilihan MWA ini adalah permainan Rektor Unhas, Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc
Pun bekas Rektor Unhas, Prof. Dr. dr. Idrus A. Paturusi, Sp.B, Sp.OT, sangat geram. Terpilihnya Prof. Dr. Alimuddin Unde, M.Si sebagai ketua MWA–menggantikan Dr (hc) H Syafruddin–itu, ujar Prof Idrus, justru menurunkan mutu Unhas di mata publik.
“Jadi istilah turun kelas itu muncul karena membandingkannya dengan ketua-ketua MWA Unhas sebelumnya. Apalagi fungsi dan kewenangan MWA itu sangat strategis dan sejajar dengan rektor”, kata Prof Idrus.
Bahkan, secara terpisah, Guru Besar Unhas Prof. Dr. dr. Andi Zulkifli, M.Kes pun menuding langsung Prof Jamaluddin Jompa (JJ) sebagai pihak yang sengaja merekayasa pemilihan Ketua MWA untuk menyingkirkan sejumlah tokoh.
Menurut Prof Zulkifli, setelah tak ada lagi nama Jusuf Kalla di MWA, Prof JJ mengirimkan nama calon pimpinan lewat chat WhatsApp. Tak hanya itu, kata Zulkifli, Prof JJ juga punya niat menyingkirkan mantan Rektor Unhas periode lalu, Prof. Dr. Dwia Agustina Pulubuhu, MA dari MWA.
“Saya dengar langsung dari mulutnya JJ bahwa dia tidak menginginkan Prof Dwia dengan berbagai alasan,” ujar Prof Zulkifli.
Prof Zulkifli juga sangat menyayangkan model pemilihan MWA yang jauh dari standar etik itu. Demi untuk menjaga nama baik Unhas, kata dia, cara-cara buruk yang dilakukan Prof JJ di Unhas, harus dikoreksi agar ke depan terjadi perbaikan sistem karena ini menyangkut nama baik dan integritas kampus.
Suara Alumni Fakultas Sastra Unhas 1993, Syamsir Anchi, juga tak kalah kerasnya. Dia menilai, sejak Unhas dipimpin Prof JJ, wajah Unhas semakin hari semakin memble. Penempatan pejabat di rektorat, kata dia, bukan lagi berdasarkan kapasitas, tetapi berdasarkan konektifitas.
“Yang parah Prof JJ masih berpikir primitif, karena dia lebih mengutamakan memberi job orang-orang se-kampungnya, meskipun kapasitasnya nol. Jadi kalau Prof Idrus bilang mutu Unhas makin menurun, yah wajarlah, karena dikelolah secara primitif,” ucap Anchi di Makassar, Minggu (26/3/2023).
Terkait pemilihan Ketua MWA yang menimbulkan kegaduhan dan kontroversi itu, lanjut Anchi, selain moralitasnya diragukan, juga cara-cara pemilihannya sangat primitif.
“Masa seorang dosen yang jelas-jelas anak buah rektor justru dijadikan sebagai Ketua MWA yang fungsinya mengawasi dan mengontrol pimpinan Unhas. Ini kan primitif. biasanya yang jadi Ketua MWA kan mantan menteri, ada juga tokoh publik, eh ini yang dijadikan ketua MWA anak buah yang bisa ‘dicucuk hidungnya’, ya wajar kalau Guru Besar di Unhas yang punya moral geram dan curhat ke publik,” terang aktivis Lingkungan Hidup itu.
Sementara, pada pemilihan Prof Alimuddin Unde sebagai Ketua MWA menggantikan Dr (Hc) H. Syafruddin, yang digelar di kantor Menteri Bahlil, Rektor Unhas, Prof JJ, memaparkan perkembangan Unhas dan targetnya ke depan untuk menjadi lima besar perguruan tinggi terbaik di Indonesia.
Prof JJ, dikutip dari media online, juga mengajak Ketua MWA Alimuddin Unde bersinergi untuk mewujudkan targetnya itu. “Di dalam perencanaan strategis, Unhas itu menargetkan posisi lima besar di tanah air,” ujarnya. (roma)