Pembangunan Bandara Sultan Hasanuddin Mangkrak, Pimpinan Komisi V DPR, Andi Iwan Aras: Kontraktornya Tidak Sanggup, Ganti Saja!

Wakil Ketua Komisi V DPR, Andi Iwan Aras. (ist)
menitindonesia, MAKASSAR – Wakil Ketua Komisi V DPR RI Andi Iwan Aras menyoroti pembangunan Bandara Sultan Hasanuddin Kabupaten Maros, Sulsel, yang tidak mengalami kemajuan padahal pembangunannya dimulai sejak tahun 2019. Proyek ini dikerjakan oleh PT Wijaya Karya (Wika).
“Proyeknya mulai dikerjakan sejak 2019, sampai sekarang progresnya 65,06 persen. Ini sudah jauh dari harapan dan perencanaan,” kata Andi Iwan Aras di Makassar, Jumat (16/6/2023).

BACA JUGA:
Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman Terpopuler di Media Pemberitaan Online, Ini Kata Juri

Menurut politisi Partai Gerindra itu, proyek Bandara Sultan Hasanuddin untuk penambahan kapasitas dan ditargetkan bisa selesai pada 2024, mendatang. Ia menganggap penyelesaian proyek Bandara Hasanuddin ini penting karena merupakan pintu gerbang Indonesia Timur.
”Bandara ini penting karena menjadi akses pintu masuk Indonesia timur. Ini PSN dan harus dituntaskan 2024. Tidak ada tawar menawar lagi,” tegasnya.

BACA JUGA:
Kebakaran di Andi Djemma Makassar, Andi Sudirman Kerahkan Dinsos dan BPBD Bantu Korban

Dia menyayangkan jika pihak Angkasa Pura I menggunakan dalih lambatnya penyelesaian pembangunan bandara ini karena persoalamn anggaran. Menurutnya, kalau soal anggaran, di Kementerian BUMN yang menaungi proyek itu sudah ada anggaran sebesar Rp54 triliun.
“Bandara Sultan Hasanuddin bisa menjadi prioritas. Kami juga minta Angkasa Pura 1 jangan pilih kasih dalam membangun bandara. Masa yang lain sudah selesai tapi Makassar belum. Ini bandara terbesar Indonesia Timur, sudah over load, harus diperbesar. Tidak boleh mangkrak ini,” katanya.
Legislator DPR RI dari daerah pemilihan Sulsel 2 itu, menyebutkan pihak WIKA, kontraktor pelaksana pekerjaan terkesan tidak sanggup menyelesaikan pekerjaannya.
“Silakan sampaikan itu dan putus saja kontraknya. Jangan main-main lah. Ini Perlu evaluasi juga. Banyak kontraktor lain yang siap menangani. Jadi kalau tidak mampu, putus saja, jangan ulur-ulur,” ungkapnya.
Diketahui, keterlambatan penyelesaian proyek Bandara Sultan Hasanuddin salah satu alasannya ialah adanya pandemi Covid-19 dan alasan minimnya anggaran. Proyek ini, semula dianggaran Rp2,6 triliun dan ditargetkan selesai Oktober 2021..
Direktur Teknik PT Angkasa Pura 1, Lukman Laesa mengaku, keterlambatan anggaran menjadi penyebab lambatnya proyek tersebut.
“Kemarin ada pembatasan operasional, kemudian ada refocusing dan sebagainya. Makanya kami terkendala di situ, karena kami membiayai ini sendiri,” jelasnya. (asrul nurdin)