Kepala BPOM RI Prof Taruna Ikrar (batik biru) memimpin sesi utama Rapat Evaluasi Nasional BPOM 2025 di Semarang. Dalam forum ini, Prof Taruna menyampaikan kabar resmi dari WHO bahwa BPOM RI telah ditetapkan mencapai WHO Listed Authority Level 4 —pengakuan global tertinggi bagi otoritas regulator obat dan vaksin.
WHO resmi menetapkan BPOM RI mencapai WHO Listed Authority, level tertinggi regulator obat dunia. Dengan rendah hati, Taruna Ikrar menyebut pengakuan global ini sebagai hasil kerja kolektif bangsa—terutama insan BPOM yang selama ini berjibaku menjaga mutu dan keselamatan masyarakat.
menitindonesia, SEMARANG — Suasana Rapat Evaluasi Nasional (REN) Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) 2025 yang dilaksanakan di Aula Balai Besar POM Semarang 2-5 Desember 2025, berubah seketika, ketika Kepala BPOM RI Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Biomed, Ph.D., menerima sebuah pesan penting dari Jenewa, Kamis (4/12/2025), siang.
WHO telah resmi menaikkan BPOM RI ke WHO Listed Authority (WLA)—pengakuan tertinggi bagi regulator obat dan vaksin dunia. Indonesia menjadi negara berkembang pertama yang mencapai level tersebut.
Namun ketika menyampaikan kabar besar itu di hadapan ratusan insan BPOM, Prof Taruna tidak berbicara tentang pencapaian pribadi atau keberhasilan kepemimpinan. Nada suaranya justru merendah.
“Ini prestasi bangsa Indonesia, prestasi kita semua dan terutama hasil kerja semua teman-teman BPOM yang selama ini berjibaku,” ujarnya pelan, disambut tepuk tangan panjang para peserta REN.
Bagi Taruna Ikrar, capaian WLA bukanlah akhir sebuah perjalanan panjang, tetapi bukti bahwa kerja sunyi yang dilakukan di laboratorium, di ruang inspeksi, dan di kantor-kantor kecil Balai serta Loka POM di seluruh Indonesia, pada akhirnya mendapat tempat di mata dunia.
Kerja Sunyi yang Menjadi Pilar
Pengakuan WHO tidak datang dalam semalam. Ia dibangun oleh ribuan pegawai BPOM yang bekerja di balik layar: menguji sampel sepanjang malam, memperbaiki standar, melakukan inspeksi, dan menjaga mutu dengan ketat. Taruna Ikrar menyaksikan kerja itu sejak hari pertama ia memimpin BPOM.
“Saya hanya bagian kecil dari perjalanan ini. Yang bekerja sesungguhnya adalah mereka yang menjaga mutu setiap hari,” katanya.
Di tengah sorotan publik terhadap banyak isu kesehatan, BPOM pelan-pelan membangun kapasitas global: memperkuat laboratorium, menstandardisasi sistem inspeksi, hingga menjalin kerja sama dengan regulator dunia seperti FDA dan EMA. Transformasi ini membuat Indonesia dipandang mampu menegakkan regulasi dengan konsisten dan transparan.
Makna Indonesia Menembus WHO Listed Autority
Taruna menjelaskan, status WLA memberikan banyak dampak strategis. Produk kesehatan Indonesia—obat, vaksin, alat kesehatan, hingga bioteknologi—akan lebih mudah diterima di pasar internasional. Peluang ekspor meningkat, dan kemandirian farmasi nasional semakin terbuka.
Namun bagi Taruna Ikrar, makna WHO Listed Authority bukan hanya soal ekonomi atau pengakuan internasional. Lebih dari itu, ia melihat pencapaian ini sebagai penguat rasa percaya diri bangsa.
“Bangsa besar bukan hanya yang ekonominya kuat, tetapi yang mampu menjaga keselamatan warganya melalui regulasi yang ilmiah, kuat, dan manusiawi,” tuturnya.
Setelah pengumuman itu, suasana REN BPOM berubah menjadi lebih hangat. Pegawai saling menepuk bahu, beberapa berkirim pesan ke unitnya di daerah. Mereka tahu: pengakuan dunia ini lahir dari pekerjaan yang sering tak terlihat.
Ada yang menyebut momen ini sebagai “bendera Indonesia yang akhirnya berkibar di meja para regulator dunia”—bukan untuk gagah-gagahan, tetapi sebagai simbol bahwa Indonesia bisa setara melalui integritas dan kerja keras.
Amanah Baru untuk Indonesia
Meski pengakuan WHO merupakan capaian besar, Taruna Ikrar kembali mengingatkan bahwa tugas sesungguhnya justru dimulai setelah ini.
“WLA Listed Authority bukan garis akhir. Ini awal dari amanah yang lebih besar untuk rakyat Indonesia,” katanya.
Dengan nada tenang dan penuh kerendahan hati, ia menutup pengumuman tersebut dengan kalimat sederhana, namun penuh makna. “Saya bersyukur diberi kesempatan menerima dan menyampaikan kabar ini. Tapi kabar baik ini milik kita semua.”
Pengakuan dunia yang diterima Indonesia ini, disampaikan oleh Taruna Ikrar tanpa tepuk dada, dengan kepala tertunduk, bukan terangkat. Dengan kesadaran bahwa capaian global adalah hasil dari kerja kolektif, bukan seorang diri. “Indonesia telah menjejak di panggung regulasi dunia,” ucapnya dengan tenang, tanpa riuh, tapi penuh makna. (AE)