Taruna Ikrar Hadir di Aceh: Posko BPOM Jadi Harapan Baru untuk Warga dan Relawan

Kepala BPOM RI Taruna Ikrar berbincang langsung dengan warga di Posko BPOM Peduli Aceh, mendengarkan keluhan dan memberikan penguatan bagi masyarakat yang terdampak banjir besar. Momen ini menjadi bagian dari upaya pemulihan trauma dan penguatan sosial yang dilakukan BPOM di Aceh.
  • Kepala BPOM RI Taruna Ikrar turun langsung ke Aceh meresmikan Posko BPOM Peduli sebagai ruang pemulihan bagi warga dan relawan terdampak banjir. Posko ini menghadirkan layanan konseling trauma, ruang istirahat, hingga warkop relawan untuk menguatkan masyarakat Aceh yang masih berjuang bangkit.
menitindonesia, ACEH — Di tengah kepungan air yang belum sepenuhnya surut, Aceh kembali menunjukkan satu hal yang tak pernah padam: ketegaran manusianya. Di hari-hari ketika listrik padam, jalan terputus, dan suara minta tolong bercampur dengan doa, sebuah ruang pemulihan baru berdiri—Posko BPOM Peduli.
BACA JUGA:
Dipuji Prabowo ‘Sangat Cerdas’, Begini Perjalanan Bahlil dari Sopir Angkot hingga Pimpin Golkar
Di sinilah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI mencoba menghadirkan sesuatu yang lain: kehadiran sebagai saudara.

Datang sebagai Sahabat, Bukan Pejabat

Kepala BPOM RI, Prof Taruna Ikrar, tiba di Aceh bukan untuk menjalankan protokol, melainkan menjalani rasa kemanusiaan. Ia datang ditemani Staf Khusus Kepala Badan POM RI Bidang Hukum dan Kerjasama, Wachyudi Muchsin, serta didampingi Kepala Balai Besar POM Aceh, Riyanto, Sabtu (6/12/2025).
Kedatangan mereka disambut oleh angin lembap pascabanjir dan wajah-wajah warga yang mulai lelah menunggu normal kembali.
BACA JUGA:
WHO Tetapkan BPOM RI Capai WLA, Taruna Ikrar: Ini Prestasi Kolektif Bangsa
“Saya datang ke Aceh sebagai sahabat. Meski saya saat ini menjabat sebagai Kepala Badan POM RI, tetapi saya datang sahabat dan saudara,” ujar Taruna, menatap satu per satu warga di posko. “Di masa sulit seperti ini, kita harus saling menguatkan satu sama lain.”
IMG 20251206 WA0028 11zon
Kepala BPOM RI Taruna Ikrar bersama tim BPOM Aceh menanam pohon Bunga Seulanga sebagai simbol harapan dan pemulihan jangka panjang bagi masyarakat Aceh usai banjir besar. Penanaman ini menjadi bagian dari gerakan pemulihan lingkungan yang diinisiasi BPOM.
Ucapan itu bukan kalimat seremonial. Dari cara ia duduk berdampingan dengan warga, hingga mendengarkan satu per satu cerita kehilangan, terlihat jelas bahwa kehadirannya membawa pesan: Aceh tidak sendiri.

Ruang Pulih dari Luka yang Tak Terlihat

Di dalam posko, beberapa warga mulai memanfaatkan ruang istirahat yang disiapkan BPOM. Salah satunya adalah Ibu Akbar dari Bireuen, yang hampir sepekan kehilangan akses komunikasi.
“Jaringan putus, Pak. Kami tidak bisa hubungi anak-anak,” ucapnya lirih.
Taruna mendengarkan dengan tenang lalu meyakinkannya bahwa BPOM akan membantu koordinasi dengan pihak terkait agar informasi tidak lagi terputus. Di saat seperti ini, perhatian kecil sering terasa sebagai pertolongan besar.
Posko BPOM Peduli tak hanya berfungsi sebagai tempat distribusi logistik. Di sana, hadir layanan konseling trauma bagi warga, terutama anak-anak dan lansia yang paling rentan secara psikologis. BPOM membawa tenaga pendamping profesional, memastikan bahwa pemulihan mental menjadi prioritas yang setara dengan bantuan fisik.

Warkop Transit

Di tengah bencana, relawan menjadi tulang punggung harapan. Namun tulang punggung pun kadang perlu disandarkan. Untuk itu, BPOM menghadirkan Warkop Transit—ruang sederhana tetapi hangat, tempat relawan bisa minum kopi Aceh, berkoordinasi santai, menunaikan salat, atau mengisi waktu berdiskusi sebelum kembali ke medan banjir.
“Penanganan bencana tidak hanya menyangkut fisik,” kata Taruna. “Kita juga harus menjaga jiwa para relawan agar mereka tetap kuat.”
Warkop kecil itu menjadi titik temu solidaritas: relawan, warga, tenaga kesehatan, aparat pemerintah—semua melebur dalam rasa sebangsa setanah air.

Menanam Pohon, Menanam Harapan

Menutup kunjungan, Prof. Taruna Ikrar melakukan aksi simbolik: menanam pohon di dekat posko. Aksi sederhana itu membawa makna besar—pemulihan Aceh tidak boleh hanya berhenti pada distribusi bantuan, tetapi juga menyentuh masa depan lingkungan dan kehidupan warganya.
Bagi Aceh, yang sudah berkali-kali diuji bencana, pohon itu berdiri sebagai pengingat bahwa harapan bisa tumbuh di mana saja, bahkan di tanah yang baru saja ditimpa duka.
Aceh Akan Bangkit Lagi
Prof Taruna menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang bergerak cepat membantu Aceh—mulai dari pemerintah daerah, relawan lokal, hingga lembaga nasional. Dalam suaranya yang tenang, ia menutup dengan pesan yang menggema di tengah suasana pemulihan:
“Saat kita bersatu, musibah sebesar apa pun akan terasa lebih ringan. Aceh selalu kuat, dan kita akan terus berdiri bersama masyarakat untuk bangkit kembali.”
Dari Aceh, rombongan BPOM melanjutkan misi kemanusiaan ke Medan dan Padang, memastikan sentuhan kemanusiaan tidak berhenti di satu titik.
Di tengah banjir, lumpur, dan kelelahan, Posko BPOM berdiri sebagai ruang kecil bagi warga Aceh untuk kembali bernapas—ruang yang mengajarkan bahwa dalam gelap, cahaya kadang datang dari niat baik yang sederhana. (andi esse)