menitindonesia, JAKARTA – Anggota BPK RI Prof (HC)., DR., Pius Lustrilanang, S.IP., M.Si., CSFA., CFrA., mendapatkan gelar Profesor Kehormatan dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed). Dalam sidang terbuka senat Guru Besar Unsoed, Pius dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Pemerintahan Daerah, di Graha Widyatama, Purworejo, Kabupaten Bayumas, Jawa Tengah, Jumat (8/9/2023).
BACA JUGA:
Sempat Galau, Airlangga Hartarto Luruskan ‘Breaking News’ Ridwan Kamil: Bukan Untuk Pilpres
Saat menyampaikan orasi ilmiah yang mengambil judul “Delapan Dimensi Resilensi Pemerintah Daerah” yang menjelaskan pentingnya pemerintah daerah mengukur resiliensi.
Mantan Sekretaris Jenderal Aliansi Demokrasi Rakyat (Aldera) itu menjelaskan resiliensi merupakan kapasitas suatu sistem untuk menghadapi gangguan atau krisis dan dapat tetap survive untuk mempertahankan fungsi dan kontrolnya.
BACA JUGA:
Masinton Bocor Halus: Kang Emil, Mahfud MD dan AHY Masuk Radar Kandidat Cawapres Untuk Ganjar
Dari hasil pemeriksaan keuangan dan kinerja yang dilakukan BPK, kata dia, menunjukkan permasalah yang terjadi di Pemda. Pius mengingatkan para kepala daerah bahwa kinerja Pemda bisa dinilai tangguh dan kompeten jika berkomitmen membuat alat ukur yang diberi nama Electronic Resilience Assesment Tool (E-RAT).
“Alat ini untuk memfasilitasi lembaga atau organisasi menilai dan mengukur tingkat ketahanan dari kinerja mereka di saat krisis berdasarkan delapan dimensi penting ketahanan,” kata pentolan Aktivis 98 itu dalam orasinya.
E-RAT Memotret Kondisi Objektif di Pemda
Pius menambahkan, dari hasil penelitian yang dilakukan bersama timnya, dijumpai delapan dimensi ketahanan. Yakni, praktik manajemen risiko, kemampuan kepemimpinan, kemampuan teknologi informasi, kemampuan manajemen aliansi, kemampuan merumuskan strategi, kemampuan mengembangkan produk atau layanan baru, resiliensi organisasi dan resiliensi keuangan organisasi.
BACA JUGA:
Tekan Inflasi, Pj Gubernur Sulsel Bahtiar Kepincut Strategi Pangdam XIV Hasanuddin
“Alat ukur E-RAT ini bisa membantu memotret kondisi obyektif yang ada di Pemda dalam menghadapi ketidakpastian yang tinggi dan perubahan yang dinamis menuju ketahanan survival Pemda,” ujar dia.