menitindonesia, MAROS – Pemerintah Kabupaten Maros memberikan penghargaan kepada 18 pemerhati pendidikan di Kabupaten Maros, Rabu (5/5/2021) kemarin.
Salah satu pemerhati pendidikan yang mendapatkan penghargaan yakni inisiator yang juga sekaligus Koordinator Rumah Dongeng Maros, Lory Hendrajaya.
Konsentrasi rumah dongeng yang dikelolah seniman bergelar si “Raja Dongeng” itu, selama ini aktif memotivasi para guru PAUD dan SD untuk tampil bertutur sastra lisan, menyelenggarakan workshop dongeng, melatih menulis para guru dan menginspirasi untuk menerbitkan buku-buku sastra.
Lory mengaku sangat bangga mendapat penghargaan pemerhati pendidikan. Menurutnya, penghargaan menjadikan motivasi bagi dirinya untuk turut berperan memajukan pendidikan Maros terutama menyusupkan sastra lisan ke dalam ruang-ruang belajar.
“Tahun ini, ada beberapa rencana yang akan kami laksanakan dengan berkolaborasi lembaga lain. Salah satunya workshop dongeng guru PAUD, lomba penulisan cerita rakyat Maros, roadshow mendongeng, dan penyusunan buku teknik muda menjadi pendongeng,” ujar Lory Hendrajaya.
Sekretaris Rumah Dongeng Ima Fatimah, turut merasa senang dengan penghargaan tersebut, dan berjanji akan terus bersinergi pemerintah Kabupaten Maros dalam memajukan pendidikan Maros khususnya dalam bidang pendidikan dan pengetahuan dalam budaya lokal Maros,
“Cerita rakyat Maros itu keren dan memiliki banyak variasi, dongeng, mitos, legenda, fabel, dan banyak lagi. Ini adalah kekayaan budaya yang menjadi milik Maros,” kata Ima optimis.
Sementara itu, Bupati Maros AS Chaidir Syam mengapresiasi keberadaan rumah dongeng yang diasuh oleh Lory Hendrajaya sebagai benteng kebudayaan di Kabupaten Maros.
“Keberadaan Rumah Dongeng asuhan si Raja Dongeng Bung Lory, memperkaya nilai-nilai budaya yang ada di Maros,” ujar Chaidir.
Dia menilai cerita rakyat dan sastra lisan yang diperkenalkan melalui pendidikan anak usia dini, merupakan gerakan kebudayaan untuk menggali kembali kekayaan budaya yang ada di Maros.
“Revitalisasi kebudayaan melalui sastra lisan, cerita rakyat dan dongeng, menjadikan benteng kebudayaan di Maros tetap kokoh. Ini akan menguatkan generasi di masa datang agar tidak lupa jati diri dan asal usulnya, Mereka tidak melepas akar kebudayaan daerah kita yabng menjadi bagian dari kebudayaan nusantara,” pungkas Chaidir. (roma)