Setelah Habib Rizieq, Ustad Keturunan Cina, Felix Siauw Dicap Paling Radikal

Utad Felix Siauw dan Karni Ilyas. (Foto: Ist KIC)

menitindonesia, MAKASSAR – Ustad Felix Siauw mengungkapkan dirinya saat ini dilabeli sebagai ustad paling radikal setelah Habib Rizieq Shihab. Hal itu diungkapkan Ustad Felix melalui kanal YouTube Karni Ilyas Club dalam acara Talk Show, Jumat (14/5/2021), kemarin.
Karni Ilyas menilai, Ustad Felix sangat kontroversial, dia seorang keturunan Cina Katolik, sejak kecil hingga besar sekolah Katolik, lalu terpengaruh masuk Islam. Malah Felix menjadi Da’i dan berdakwah di mana-mana, baik di Medsos maupun di Mesjid. “Ustad Felix juga dianggap sebahagian orang sebagai Islam yang radikal, pernah di HTI,” kata Karni Ilyas.
Menanggapi label itu, Felix menjelaskan, bahwa dirinya sebenarnya adalah komunitas minoritas (keturunan Cina) yang lebih minor.
Felix menjelaskan salah satu lembaga penelitian di bawah Hidayatullah, pada tahun 2017, menariknya menjadi nomor dua paling radikal.
“Saya kaget, karena nomor satunya Habib Rizieq dan nomor tiganya Ustad Abu Bakar Ba’syir. Jadi secara study saya di atasnya Abu Bakar Ba’syir,” kata Felix membenarkan cap radikal yang disematkan pada dirinya.
Dia juga mengatakan, selain kaget, dia juga tidak menyangka bisa dianggapo lebih radikal dari Ustad Abu Bakar Ba’syir, padahal dia mengaku dirinya baru memeluk Islam sejak Tahun 2002, sedangkan Ustad Abu Bakar Ba’syir, kata dia, sudah lama mendunia.
“Tapi terserahlah apa yang dilabelkan. Kita tidak bisa lepas dari anggapan orang lain. Bagi saya pribadi selama kita bisa melanjutkan tugas kita, amanah kita, yaitu dakwah, yah bagi saya itu adalah sesuatu yang baik, jadi tidak ada masalah di situ,” ujar Felix.
Dalam Talk Show bersama Karni Ilyas itu, Felix juga menjelaskan, bahwa saat ini marak dikembangkan narasi-narasi perpecahan, seolah-olah harus memilih di antara dua: kalau mau Indonesia tak boleh religius dan kalau mau religius tak boleh jadi Indonesia.
“Narasi yang dikembangkan, kalau misalnya itu mendalam keislaman kita, seolah-olah itu kita tidak memiliki toleransi ke orang lain, sebaliknya kalau kita mau toleransi ke orang lain, seolah-olah itu kita harus melepaskan agama kita,” kata Felix.
Ia melanjutkan, bahwa ketika seseorang sudah berada di dalam Islam sebenarnya dia sudah inklusf di dalam dirinya sikap toleransi itu. Di dalam Islam, kata dia, sangat fleksibel memberikan ruang pada toleransi kepada agama lain.
“Bahkan yang tidak beragama sekalipun, sebab mereka adalah manusia, jadi toleransi ini sudah inskluf dalam keimanan kita sebenarnya,” ucapnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan, slogan-slogan hate speach, intoleransi, radikalisme, ekstremisme menjadi sebuah narasi yang mulai dikembangkan dan muncul sejak tahun 2014. “Kalau ditelusuri dari trend Google, sebelumnya tidak ada narasi-narasi semacam ini. Nanti setelah 2014 baru muncul. Sebelumnya baik-baik saja,” kata Felix Siauw.
Felix menjelaskan, dirinya masuk Islam sejak tahun 2002 lalu, dan langsung berdakwah. Ia tidak pernah dicap sebagai orang radikal. Sebutan radikal terhadap dirinya, muncul pada tahun 2017, .
Setelah itu, Felix juga mengaku mengalami banyak hal, seperti persekusi secara fisik, lalu kemudian framing-framing negatif secara tidak langsung, baik itu melalui online dan offline, hingga dilarang mengisi acara di berbagai tempat.
“Bagi saya tidak menjadi masalah, sekarang sudah zaman media online, jadi larangan-larangan itu tidak ada masalah,” ucapnya.