Polda Metro Jaya ungkap pungli ormas GRIB-FBR di Jakbar, Kombes Ade Ary pimpin operasi berantas premanisme.
Polda Metro Jaya menangkap 22 pelaku premanisme di Jakarta Barat. Mereka berasal dari ormas GRIB, FBR, dan Karang Taruna. Modusnya: pungli berkedok listrik dan keamanan.
menitindonesia, JAKARTA – Aksi premanisme di ibu kota kembali disorot. Kali ini, tim gabungan dari Polda Metro Jaya, TNI, dan Satpol PP bergerak cepat menindak laporan warga yang resah dengan maraknya pungutan liar (pungli) di kawasan Puri, Jakarta Barat.
Sebanyak 22 orang ditangkap dalam operasi bertajuk Berantas Jaya. Mereka kedapatan melakukan pemalakan dengan dalih pungutan untuk listrik, kebersihan, dan keamanan. Tidak tanggung-tanggung, tarif yang dikenakan bisa mencapai jutaan rupiah.
Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indardi, para pelaku tak segan mematok harga tinggi kepada pedagang kaki lima (PKL), bahkan tanpa bisa ditawar. “Ada yang dikenai uang lapak Rp1 juta, dan pungutan harian sebesar Rp10 ribu hanya untuk listrik,” ungkap Ade dalam keterangan pers, Selasa malam (14/5/2025).
Yang lebih mencengangkan, para pelaku mengaku sebagai bagian dari organisasi masyarakat (ormas): GRIB Jaya, Forum Betawi Rempug (FBR), dan Karang Taruna. Rinciannya, delapan orang dari Karang Taruna, tujuh dari GRIB, dan tujuh dari FBR.
Barang bukti berupa karcis palsu dan catatan rekap pungli juga disita. Ade menjelaskan, modus yang digunakan pelaku adalah membuat karcis buatan sendiri untuk kemudian disodorkan ke para PKL dan pengguna lahan parkir.
“Mereka punya sistem pembagian hasil. Karang Taruna, misalnya, menjaga parkir dan memungut Rp5 ribu per motor. Uangnya dibagi delapan,” kata Ade.
Sementara itu, pelaku dari GRIB dan FBR menyebutkan bahwa uang hasil pungli mereka disetor ke ‘atasan’ ormas masing-masing. Bahkan, mereka memiliki kartu anggota resmi, lengkap dengan tanda tangan tokoh yang dikenal bernama Haji Mamat (GRIB) dan Haji Mudljamil (FBR).
Saat ini, penyidik Satreskrim Polda Metro Jaya tengah mendalami lebih lanjut peran setiap individu, termasuk struktur distribusi uang dan kemungkinan keterlibatan pengurus ormas di tingkat pusat.
Fenomena Premanisme Berkedok Ormas
Kasus ini bukan yang pertama. Premanisme yang dibungkus atribut ormas telah menjadi penyakit lama yang terus bermetamorfosis. Penggunaan simbol organisasi untuk menakut-nakuti warga dan memeras pedagang kecil adalah bentuk nyata penyalahgunaan struktur sosial.
“Ketika mereka mematok harga, tidak bisa ditawar. Bahkan, ada cicilan segala macam. Ini sudah meresahkan,” tutur Ade Ary.
Publik kini menunggu langkah lanjutan dari aparat. Apakah hanya anggota lapangan yang akan ditindak, atau penyidikan akan menyasar struktur lebih tinggi?