Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Maros, Sulsel, Syamsul Bahri. (ist)
menitindonesia, MAROS – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) stasiun Klimatologi, Maros, Sulawesi Selatan angkat bicara terkait fenomena hujan es yang terjadi di Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros, Kamis (30/10/2025) lalu.
Fenomena ini sempat viral di media sosial lantaran butiran es berjatuhan disertai hujan deras.
Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Maros, Sulsel, Syamsul Bahri, menjelaskan hujan es—atau hail—merupakan fenomena alamiah yang biasanya dipicu oleh pembentukan awan Cumulonimbus (CB). Awan ini dikenal sebagai pemicu cuaca ekstrem seperti hujan lebat, petir, dan angin kencang.
“Pada ketinggian 10–12 kilometer, suhu udara bisa mencapai titik beku, sehingga partikel air di dalam awan berubah menjadi es,” kata Syamsul saat ditemui, Senin (3/11/2025).
Ia menuturkan, butiran es terbentuk akibat dua dorongan angin—updraft (naik) dan downdraft (turun)—yang membuat partikel air berulang kali bergerak naik-turun hingga membeku dan membesar. Ketika ukurannya terlalu berat untuk ditahan gravitasi, partikel es itu jatuh sebagai hujan es.
Menurut Syamsul, hujan es lebih sering muncul di daerah pegunungan seperti Mallawa, namun bisa juga terjadi di wilayah lain jika suhu permukaan sangat panas dan awan CB terbentuk.
“Ini bukan pertanda bencana atau hal mistis, melainkan murni proses ilmiah,” tegasnya.
Ia mengimbau masyarakat agar tidak mengonsumsi butiran es yang jatuh karena bisa mengandung polutan dari udara, seperti debu atau asap.
“Jangan main-main minum es itu pakai sirup. Kandungan polutannya berbahaya,” katanya.
BMKG juga meminta warga tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, seperti hujan lebat, petir, dan angin kencang yang dapat memicu hujan es, serta selalu memantau informasi resmi dari BMKG.