Prof Taruna Ikrar menegaskan komitmen BPOM memperkuat kesehatan publik melalui vaksin yang aman, bermutu, dan manjur.
Kanker serviks membunuh dua perempuan Indonesia setiap jam. Taruna Ikrar menggerakkan vaksinasi HPV di Aula Bhinneka Tunggal Ika BPOM sebagai aksi nasional menghentikan “genosida sunyi” yang menelan 21.000 nyawa perempuan tiap tahun. BPOM–Korpri memperluas perlindungan bagi ASN perempuan melalui vaksin yang terbukti aman, bermutu, dan manjur.
menitindonesia, JAKARTA — Setiap jam, dua perempuan Indonesia meninggal karena kanker serviks. Dalam setahun, jumlahnya melampaui 21.000 jiwa—setara hilangnya satu kota kecil berpenduduk perempuan. Karena penyakit ini 99% dapat dicegah, banyak kalangan menyebutnya sebagai “genosida sunyi” yang perlahan menghabisi perempuan usia produktif tanpa disadari publik.
Di tengah ancaman besar itu, Kamis pagi (11/12/2025), di Aula Bhinneka Tunggal Ika BPOM, dilaksankan gerakan pencegahan kanker serviks. BPOM bekerja sama dengan Korpri Nasional menggelar program Vaksinasi HPV untuk ASN perempuan, keluarga pegawai, dan perwakilan organisasi perempuan lintas agama dan profesi.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program nasional “Sejuta Vaksin Kanker Serviks” yang diluncurkan Kementerian Kesehatan, BPOM RI dan Korpri pada 28 November 2025 dengan tujuan memperluas perlindungan bagi populasi perempuan produktif, termasuk 57% ASN perempuan dan khususnya 69,72% pegawai BPOM yang merupakan perempuan.
Dalam sambutannya, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, Prof. Taruna Ikrar menegaskan bahwa kanker serviks adalah penyakit mematikan yang sebenarnya dapat dicegah secara signifikan melalui vaksinasi HPV.
Vaksinasi HPV di lingkungan BPOM menjadi langkah nyata melindungi perempuan dari ancaman kanker serviks.
“Vaksinasi HPV bukan hanya menyelamatkan nyawa, tetapi mengurangi beban kesehatan dan sosial dari penyakit yang dapat kita cegah. Setiap nyawa perempuan yang hilang adalah kehilangan yang tidak seharusnya terjadi,” ujar Prof Taruna di hadapan peserta vaksinasi.
Kementerian Kesehatan mencatat 36.633 kasus baru kanker serviks setiap tahun, menjadikannya kanker paling mematikan kedua bagi perempuan Indonesia. Hampir 99% kasus terkait infeksi HPV, sehingga vaksinasi menjadi benteng paling efektif menekan risiko kematian.
Hingga 10 Desember 2025, tercatat 460 peserta mengikuti vaksinasi HPV di BPOM. Tak hanya ASN, kegiatan ini juga dihadiri berbagai organisasi perempuan lintas agama, profesi, dan komunitas, antara lain: Dharma Wanita Persatuan (DWP) Pusat & BPOM, Muslimat NU, Perempuan Konghucu Indonesia (Perkhin), Wanita Buddhis Indonesia, Kowani, Kwartir Nasional dan Kwarda Gerakan Pramuka, Wirawati Catur Panca.
Antusiasme ini menunjukkan bahwa isu kanker serviks adalah isu bersama, bukan milik satu komunitas saja.
BPOM Pastikan Keamanan Vaksin
Sebagai lembaga yang mengawal obat dan vaksin, BPOM memastikan seluruh vaksin HPV yang digunakan telah melalui evaluasi ilmiah komprehensif dan memenuhi standar internasional.
Hingga kini BPOM telah memberikan izin edar kepada 6 vaksin HPV: Bivalen: Cervarix, Cecolin, Vaceta, Tetravalen: Gardasil, Nusagard, Nonavalen: Gardasil 9
Proses evaluasi dilakukan oleh Tim Penilaian Obat Nasional melalui tahapan ketat, mulai dari uji keamanan, efikasi, mutu, hingga pengawasan cold chain, rantai pasok, dan farmakovigilans.
“BPOM akan selalu berada di garis depan memastikan vaksin yang digunakan masyarakat aman, bermutu, dan manjur,” tegas Prof Taruna.
Eliminasi Kanker Serviks sebagai Tujuan Nasional
Penyelenggaraan vaksinasi HPV di BPOM merupakan upaya mempercepat target Indonesia menuju eliminasi kanker serviks sesuai standar global WHO.
Bagi Prof Taruna, aksi hari ini adalah bentuk nyata penyelamatan generasi. Dengan perempuan menjadi pusat keluarga, pendidikan anak, dan penggerak layanan publik, pencegahan kanker serviks berarti melindungi stabilitas sosial dan masa depan bangsa.
Di akhir sambutannya, Prof Taruna menyerukan untuk mencegah kanker serviks sebelum terlambat. “Kita bisa menghentikan ini dengan dengan vaksinasi,” ujarnya. (AE)