Virus Corona Klaster Pilkada 2020 – Dua kandidat petahana di Pilkada serentak meninggal dunia karena terinveksi virus corona. Pilkada di tengah wabah, sudah nyata mempercepat penyebaran virus corona. Negara diminta segera selamatkan hidup dan masa depan rakyat.
menitindonesia.com, JAKARTA – Setelah kabar duka mantan Bupati yang juga sebagai Calon Walikota Bontang, Adi Darma meninggal dunia, akibat terpapar covid-19, Sabtu (03/10/2020) kemarin, kepala daerah yang meninggal dunia karena terinfeksi Covid-19 bertambah lagi. Kini Bupati Bangka Tengah Ibnu Saleh.
Setelah mendapatkan perawatan insentif di ICU Rumah Sakit Bakti Timah (RSBT), Kepulauan Bangka Belitung, Ibnu Saleh meninggal pada pukul 03.17, Minggu (4/10/2020).
“Benar. Innalillahi wainnailaihi rojiun, telah meninggal dunia Ibnu Saleh pada pukul 03.17 di RSBT Pangkalpinang. Semoga almarhum husnul khotimah, diampuni dosanya, keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran,” kata tim dokter Satgas Covid-19 Kepulauan Bangka Belitung Armayani Rusli dalam pesan tertulis yang disebar ke awak media.
Ibnu dirawat di RSBT Pangkalpinang sejak Selasa (27/9/2020) lalu karena positif Covid-19.
Calon bupati petahana di Pilkada Bangka Tengah mendatang ini, awalnya merasa demam dan sesak napas. Pada tes swab awal, Ibnu dinyatakan negatif. Namun ketika melakukan tes ulang, baru ketahuan Ibnu terpapar Covid-19.
Ketika dinyatakan positif terinfeksi Covid-19, seluruh orang yang berkontak erat dengan Ibnu juga melakukan tes swab. Selain keluarga, pasangannya dalam Pilkada Bangka Tengah Herry Alfian.
Kini sudah dua kandidat di Pilkada serentak meradang nyawa. Sebelumnya, mantan Bupati yang juga sebagai Calon Walikota Bontang, Adi Darma meninggal dunia, akibat terpapar covid-19.
Klaster Pilkada sudah menjadi nyata. Tak hanya penyelenggara yang rawan terinveksi virus. Kandidat di Pilkada, beberapa terkonfirmasi terinveksi virus, bahkan sudah ada yang wafat karena COVID-19.
Penyelenggaraan Pilkada serentak di tengah wabah pandemi virus corona yang menuai banyak sorotan publik, dianggap sebagai sebagai keputusan yang sangat keliru. “Rakyat punya hak untuk hidup, birahi politik harus ditunda di tengah masa pandemi,” kata Najwa Shihab, dikutip dalam narasinya. (andiesse)