Sosok Risma, Menteri Sosial Yang Tetap Jadi Dirinya Sendiri

Menteri Sosial Republik Indonesia, Tri Rismaharini. (Foto Ist: doc_menit)
Bersahabat dengan Jokowi – Ia mau jadi dirinya sendiri tanpa mau menjadi orang lain. Ia tak ingin menyamai siapapun, sebab ia meyakini niatnya bekerja untuk pencapaian tertinggi: ridho Allah, bukan ridho ketua partai. (catatan: Akbar Endra)
menitindonesia, MAKASSAR – Tak bisa dielak, Tri Rismaharini sukses memimpin Surabaya selama 10 Tahun. Di penghujung masa jabatannya, Risma didapuk Presiden Jokowi menjabat Menteri Sosial menggantikan Juliari Peter Batubara, kader PDIP yang terjerat kasus korupsi bantuan sosial Covid-19.
Wanita kelahiran Kediri, 20 November 1961, ini menjabat Walikota Surabaya selama dua periode. Risma merupakan wanita pertama yang terpilih sebagai Walikota Surabaya sepanjang sejarah, yakni pada periode pertama 2010-2015 dan periode kedua 2015-2020.
Sebelum menjabat walikota, Risma adalah Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) di Surabaya, sejak 2005. Alumni Teknik Arsitektur Institue Teknologi Surabaya ini, dinilai berhasil sebagai kepala DKP. Ia menyulap Surabaya yang jorok menjadi kota yang lebih bersih, adem dan hijau.
Inilah awal dari legacy Risma. Masyarakat Surabaya sangat terkesan dengannya. Sehingga nama Risma dimunculkan untuk dicalonkan sebagai Walikota. Saat itu, Risma menolak dicalonkan. Ia ingin menyelesaikan tugasnya sebagai Kadis DKP. Penolakan Risma justru membuat namanya makin melejit. Ucapannya yang lugu semakin meyakinkan.
“Saya takut jadi walikota, pertanggungjawabannya di akhirat kelak sangat berat,” ucap Risma, kala itu.
Risma akhirnya didekati oleh PDI Perjuangan pimpinan Ny. Megawawati Taufik Kiemas. Ia terus didesak untuk mengubah niatnya dalam meraih ridho Allah. Akhirnya Risma luluh. Ia mengubah niatnya: menjadi walikota adalah amanah dan jalan menuju Surga.

PDIP berhasil mengusungnya

Sejak 28 September 2010, Tri Rismaharini resmi mejabat sebagai Walikota Surabaya. Sejak saat itu, sepak terjang Risma semakin kelihatan. Ia berhasil mendapat perhatian media massa. Paling menonjol, ia mengelolah taman-taman di Surabaya dan menjadikannya lebih baik.
Misal, Taman Bungkul yang awalnya jorok dan tak layak disebut taman, disulap oleh Risma menjadi taman yang indah, sekaligus tempat rekreasi gratis untuk warga.
Image Surabaya sebagai kota terjorok di Indonesia, saat itu berubah. Surabaya menjadi kota terbersih se-Indonesia dengan menyabet gelar Piala Adipura tiga kali berturut-turut dari tahun 2011, 2012, dan 2013. Sebelumnya, Surabaya selalu luput dari penghargaan Adipura ini sejak 2005.
Tak hanya itu, Risma juga ditetapkan sebagai nominasi Walikota terbaik di dunia 2012 dengan penghargaan World Mayor Prize oleh The City Mayors Foundation. Capaiannya luar biasa.
Prestasi Risma lainnya, ia memangkas anggaran birokrasi yang berbelit, memberikan tunjangan kesehatan bagi warga yang kurang mampu. Ia juga menambah anggaran pendidikan sebesar 35% dari APBD, di mana prosentase ini lebih tinggi dari anggaran pendidikan nasional.
Jelang akhir masa jabatan periode pertama, Risma merubah tempat-tempat lokalisasi (Dolly Prostitution) menjadi tempat yang lebih berguna. Dolly tidak lagi menjadi lokalisasi, karena telah disulap menjadi taman kanak-kanak.
Menurut Risma, membangun fisik Surabaya itu mudah, namun membangun karakter warganya itu yang jauh lebih sulit. Karena, kata dia, tiap orang punya otak dan kemauan sendiri-sendiri, yang kadang sulit diatur.

Berupaya dijatuhkan melalui hak angket DPRD Surabaya

Setahun menjabat Walikota, DPRD Kota Surabaya jadi cacing kepanasan. Para pengusaha mencari beking anggota Dewan karena merasa dirugikan oleh kebijakan Risma, yang pasti, juga menimbulkan pro dan kontra. Bahkan DPRD Surabaya bersekongkol dengan “cukong” hendak menjatuhkan Risma dengan menggelar hak angket. Risma tak gentar. Ia malah menantang Ketua DPRD Surabaya, Wisnhu Wardhana.
Menurut Wisnhu, Risma telah melanggar peraturan dengan menaikkan tarif iklan dan baleho yang biasa terpampang mengangkangi jalan-jalan utama di tengah Kota Surabaya.
Risma tidak takut digertak oleh Ketua DPRD. Malah ia balik menantang. “Kebijakan saya harus dijalankan, kalau DPRD tidak setuju silahkan lakukan hak angket,” kata Risma tak bergeming.
Risma punya alasan. Kebijakannya menaikkan pajak reklame bukan menyalahi aturan, malah itu, kata dia, menguntungkan kota Surabaya sendiri. Dengan menaikkan tarif iklan, maka investor dan pebisnis akan berpikir jika mau beriklan dengan baleho atau papan iklan. Sehingga mereka akan memilih iklan di surat kabar dan media elektronik..
“Dengan begini, Surabaya akan terhindar dari hutan iklan yang sering mengurangi indahnya pemandangan kota,” ucap Risma.
Dalam kasus pemakzulan Risma tersebut, Mendagri Gamawan Fauzi, saat itu, ikut campur tangan. Ia membela Walikota Surabaya Tri Rismaharini.
“Risma masih Walikota Surabaya yang sah, dan upaya pemakzulan Risma adalah hal yang mengada-ada. Itu hanyalah upaya pihak yang sirik dan iri hati akan prestasi Risma,” kata Gamawan Fauzi.
WhatsApp Image 2021 01 05 at 14.30.13
Risma mengatur jalan raya saat hujan di kota Surabaya. (Foto Ist: doc_menit)
Akhirnya terkuak, rencana pemakzulan Risma bukan hanya soal tarif iklan dan baleho yang dinaikkan. Ternyata upaya pemakzulan terjadi karena Risma menolak pembangunan jalan tol tengah kota. Risma lebih memilih membangunan jalan tol frontage road dan MERR-IIC (Middle East Ring Road) yang akan menghubungkan area industri Rungkut hingga ke Jembatan Suramadu via area timur Surabaya.
Menurut Risma, rencananya itu akan membuat pemerataan kesejateraan di Surabaya. Rencana Risma tetap jalan. DPRD Surabaya gigit jari. Akhirnya Risma tetap menyelenggarakan pemerintahannya tanpa didikte DPRD dan para cukong yang kerap mengganggunya.

Bersahabat dengan Jokowi

Semasa Joko Widodo (Jokowi) menjabat Gubernur DKI, ia bersahabat dengan Risma. Jokowi mengagumi sikap dan ketegasan Risma memimpin Surabaya. Jokowi pun pernah memuji Risma sebagai pemimpin yang benar-benar bekerja untuk rakyatnya, berani, tegas dan lincah dalam melayani masyarakatnya.
Di penghujung masa jabatan periode kedua walikota Surabaya, Presiden Jokowi menunjuk Risma sebagai Menteri Sosial, menggantikan Juliari Batubara yang ditangkap KPK. Risma resmi menjabat Menteri Sosial sejak 22 Desember 2020. Namun, Risma tetap menolak mundur sebagai walikota, sebab ia dipilih oleh masyarakat selama lima tahun.
“Kalau mundur berarti berarti saya khianati pemilih saya, tapi kalau diberhentikan itu lain ceritanya,” ucap Risma.
Risma pun akhirnya diberhentikan sebagai Walikota di penghujung masa jabatannya oleh Mendagri Tito Karnavian. Tugas Risma sebagai Walikota yang sisah berhitung hari, dilanjutkan oleh wakil walikota Surabaya, Wisnhu Sakti Buana sebagai Plt Walikota Surabaya.

Jati diri Mensos Risma, rajin blusukan

Aktifitas Risma sehari-hari selaku Mensos, disibukkan agenda blusukan di DKI Jakarta. Ia menemui para Gepeng (Gelandangan dan Pengemis) yang berkeliaran di tempat-tempat kumuh.
WhatsApp Image 2021 01 05 at 14.31.49
Mensos Risma temui warga kumuh yang tinggal di kolong. (Foto Ist: doc_menit)
Tak ada yang berubah. Gayanya masih seperti ketika menjadi Walikota. Ia turun berlengan panjang warna putih dipadukan dengan celana panjang warna hitam, pakai masker dan handskun (kaos tangan karet), Tetap mengenakan jilbab yang juga berwarna hitam. Ia menemui warga di tempat-tempat kumuh dan menawari para Gepeng tempat tinggal yang layak.
Selain itu, Risma juga mengambil kebijakan baru di kantornya. Ia ingin membersihkan kementerian sosial yang konon, banyak tikusnya. Risma menginginkan pengelolaan bantuan sosial tidak seperti pendahulunya. Ia juga menolak untuk didikte oleh partai. Risma tetap ingin jadi dirinya sendiri dalam bekerja.
Ia memisahkan pekerjaannya sebagai menteri sosial dan sebagai Anggota PDIP. Risma tak ingin seperti kader PDIP sebelumnya, yang jadi menteri sosial dan ditangkap KPK karena menjarah bantuan sosial.
Risma janji akan mengelolah Bansos 2021 beda dengan 2020 lalu. Bansos ke depan, kata dia, akan dikirim langsung ke alamat penerima, sehingga warga tak perlu lagi mengambilnya ke kantor Pemda.
“Saya maunya cepat, mungkin kita akan komunikasi dengan kantor pos. Dari kantor pos itu langsung diantar ke alamat penerima,” kata Risma, di Jakarta, dikutip dari menitindonesia.com, Jumat (25/12/2020).
Selain itu, Menteri Sosial yang baru itu, bilang bansos tahun depan diupayakan tidak dalam bentuk uang cash atau dalam bentuk bantuan sembako.
“Hal itu dilakukan untuk meminimalisir risiko penyalahgunaan serta menghindari adanya kerumunan yang meningkatkan risiko penularan virus corona,” kata dia.
Artinya, bantuan tersebut nanti akan langsung ditransfer ke rekening penerima atau diantar langsung via kantor pos. Risma juga akan menjamin keamanan proses penyaluran bantuan melalui kantor pos itu..
Terkait data penerima bansos, Risma juga mengaku akan segera melakukan pencocokan ke pemerintah daerah. Hanya saja, dia menyebut pencocokan data itu sementara dilakukan melalui software karena keterbatasan waktu.
Begitulah Risma. Ia mau jadi dirinya sendiri tanpa mau menjadi orang lain. Ia tak ingin menyamai siapapun, sebab ia meyakini niatnya bekerja untuk pencapaian tertinggi: Ridho Allah, bukan ridho ketua partai. #timAE