Mengenal Lebih Dekat Prof Taruna Ikrar, Ilmuwan Dunia dari Makassar

Prof Taruna Ikrar usai dilantik menjadi Ketua KKI Masa Bakti 2020-2025. (Foto: ist)

menitindonesia, MAKASSAR – Prof dr Taruna Ikrar, M.Biomed, PhD terpilih menjadi Director of Members at Large di International Association of Medical Regulatory Authorities (IAMRA) atau Konsil Kedokteran Internasional, baru-baru ini.
Taruna dipercaya menjadi Director of Member at Larga IAMRA untuk masa bakti 2021-2024. Ini menjadi sebuah kebanggan bagi Indonesia karena salah satu dokternya terpilih di Konsil Kedokteran Internasional.
Ia adalah ilmuwan dan dokter, ilmuwan, pendidik biomedis yang penemuan dan penelitiannya diakui di dunia internasional. Taruna Ikrar juga pakar di bidang farmakologi, kardiologi dan neurologi.
Pria kelahiran 15 April 1969 ini, pernah menjabat sebagai spesialis laboratorium (specialist) di departemen anatomi dan neurobiologi di Universitas California di Irvine.
Taruna Ikrar adalah salah satu dari beberapa penulis yang mempopulerkan sistem AlstR (allatostatin receptor) lewat sebuah artikel yang dipublikasikan di jurnal Frontiers of Neural Circuit edisi 20, Januari 2012.
Sistem AlstR ini memiliki potensi untuk mengontrol kejang-kejang pada penyakit epilepsi dan merupakan bagian dari teknik gene therapy, sebuah terapi yang sudah ditemukan beberapa tahun oleh ilmuwan lain sebelum tulisan Taruna Ikrar dan kawan-kawan tersebut dipublikasikan.
Selain itu ia juga salah satu pemegang paten metode pemetaan otak manusia sejak tahun 2009. Berdasarkan metode ini para ilmuwan berhasil menggambarkan dinamika yang terjadi pada otak manusia dengan rinci. Pada tahun 2014 ia bersama peneliti-peneliti lain melakukan penelitian bahwa kualitas tidur sangat dipengaruhi oleh keseimbangan hormon, terutama kadar melanin-concentrating hormone (MCH), hasil penelitiannya ini dipublikasikan dalam Journal Physiology.
Taruna memulai pendidikan kedokterannya di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, tempat ia berasal. Ia kemudian melanjutkan studi magisternya di Universitas Indonesia (UI) pada bidang Farmakologi.
Saat kuliah di UI, manta Ketua Umum Cabang HMI Makassar ini, terlibat sebagai peneliti obat-obat jantung di RS Harapan Kita dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Republik Indonesia. Melalui riset tersebut bersama Prof. Dr. Hamed Oemar, Taruna mengenal banyak hal mengenai penyakit jantung dan pembuluh darah. Demikian pula atas nasehat Dr. Sampurno, MBA, Apt., Kepala BPOM RI saat itu, mengarahkan Taruna memperdalam pengetahuan farmakologinya demi pengembangan produk farmasi masa depan.
Dari situ, ia termotivasi untuk melamar beasiswa ke Jepang dalam bidang keahlian ilmu penyakit jantung, dengan riset utama obat-obatan berdasar produk biologi, seperti pengobatan berbasis Terapi Cells dan Genetic.
Berhasil memenangkan beasiswa dari pemerintah Jepang (Monbukagakusho), ia kemudian melanjutkan studi PhD nya di Niigata University. Di sana, ia mendapat sponsor untuk melanjutkan pendidikan visiting doctor di Italia, lebih tepatnya di University of Bologna. Taruna kemudian mendalami keahlian pemasang alat pacu jantung di universitas tersebut.
Pada tahun 2008, Taruna melanjutkan pendidikan post-doctoral di bidang neurosciences atau bidang tentang ilmu-ilmu saraf dan otak di University of California, Irvine (UCI), Amerika Serikat. Menurutnya, bidang kesehatan terutama ilmu neurosciences adalah bidang yang sangat menantang.
Pasalnya, hal yang diteliti pada bidang ini, yaitu otak, merupakan bagian tubuh manusia yang sangat krusial. Otak memiliki triliunan koneksi yang menentukan kita berpikir, berperilaku, bersikap, dan semua aspek kehidupan kita sebagai manusia.
“Sangat menantang ilmu tentang otak itu. Kenapa? Di dalam otak itu, ada lebih 100 miliar sel-sel saraf. Dan setiap satu sel saraf punya koneksi 10.000. Jadi 100 miliar dikali 10 ribu itu kurang lebih hampir ratusan sampai ribuan triliun koneksi,” ujar Taruna.
Ia juga mengatakan bahwa masih sangat banyak misteri mengenai otak yang belum ditemukan. Hingga kini, hal-hal baru tentang otak semakin banyak ditemukan oleh para ilmuwan.
Berkat kerja keras dan ketekunannya di bidang kesehatan, Taruna banyak melakukan penelitian berbasis Neurobiology dan telah menghasilkan berbagai temuan yang dapat dimanfaatkan di bidang kesehatan. Beberapa di antaranya bahkan dipatenkan dengan bekerja sama pemerintah Amerika Serikat.
Taruna juga telah memiliki lebih dari 100 publikasi ilmiah dalam bentuk manuskrip di jurnal internasional, proseding, abstrak, presentasi konferens, hingga buku. Beberapa penelitiannya telah dipublikasi pada jurnal internasional yang memiliki reputasi tinggi bahkan temuannya sudah disitasi ribuan kali oleh peneliti lainnya, seperti yang ia publikasikan di Nature, Circulation, American Journal of Cardiology, Neuron, Cells, Frontiers in Neural Circuits, Molecular Therapy, dan masih banyak lagi lainnya.
Beberapa penelitiannya mencakup tentang terapi genetic untuk penderita kelainan jantung bawaan pada Journal of Cardiovascular Electrophysiology (2007), sistem AlstR pada Frontiers in Neural Circuit (2012), Opto-Genetic dan Neuro Synaptic pada Nature (2013) & Neuron (2016), hingga penemuan terbarunya yaitu tentang Gene Therapy, Neuron dan Dendritic Cells pada Journal Molecular Therapy (2020), Current Biology (2020) dan World Journal Vaccines (2021).
Meski telah berkiprah di bidang kesehatan sebagai ilmuwan di Amerika Serikat, Taruna tetap memikirkan Tanah Air. Pada 19 Agustus 2020 lalu, Taruna diangkat sebagai Ketua Konsil Kedokteran pada Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) sebagai bentuk pengabdiannya pada Indonesia. Ia dilantik oleh Presiden Joko Widodo sebagai ketua untuk masa jabatan periode 2020-2025.
KKI sendiri merupakan badan otonom, mandiri, non-struktural dan independen yang bertanggung jawab kepada Presiden RI. KKI juga memiliki peran untuk melakukan registrasi dokter dan dokter gigi, mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi, dan melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktik kedokteran. (roma)