Pemkab Maros Gelar Wisuda Lansia, Inovasi Pendidikan Usia Lanjut


menitindonesia, MAROS – Sebuah pemandangan unik dan menginspirasi terlihat di ruang Baruga B Kantor Bupati Maros, Rabu (11/12/2024).
Sebanyak 16 lansia mengikuti prosesi wisuda seperti mahasiswa pada umumnya, lengkap dengan toga dan prosesi pemindahan tali toga oleh Bupati Maros, Chaidir Syam.
Para wisudawan ini adalah peserta program Sekolah Lansia yang telah menyelesaikan masa pembelajaran selama tujuh bulan.
Dalam sambutannya, Bupati Chaidir Syam mengungkapkan rasa bangga kepada para peserta yang berhasil lulus dari program ini.
Ia menjelaskan bahwa program ini dirancang sebagai bagian dari komitmen Pemkab Maros untuk memberikan pendidikan yang inklusif bagi semua kalangan, termasuk lansia.
“Program ini bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar kepada para lansia, sekaligus menjaga mereka tetap aktif secara fisik dan sosial. Mereka belajar sesuai dengan kemampuan masing-masing dan akhirnya mendapatkan gelar ‘Sarjana Lansia’ (SL),” ungkap Chaidir.
Saat ini, program Sekolah Lansia telah membuka dua angkatan baru, dengan jumlah peserta minimal 30 orang per angkatan.
Hal ini menunjukkan antusiasme masyarakat terhadap program pendidikan lansia yang menjadi terobosan di Kabupaten Maros.
Bupati Chaidir Syam berharap program ini terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi daerah lain.
“Kami ingin Maros menjadi pelopor dalam memberikan pendidikan sepanjang hayat. Semoga para lulusan ini menjadi contoh bagi generasi muda bahwa belajar itu tidak pernah ada kata terlambat,” lanjut Chaidir.
Program Sekolah Lansia di Maros telah berjalan di empat lokasi dengan kurikulum yang dirancang khusus.
Kepala Perwakilan BKKBN Sulawesi Selatan, Shodiqin, menjelaskan bahwa program ini mencakup pelajaran agama, lingkungan, hingga olahraga, dengan durasi belajar antara 6 bulan hingga 1 tahun dan minimal 12 kali pertemuan.
Menurut Shodiqin, program ini tidak hanya berfokus pada literasi dasar, tetapi juga membangun interaksi sosial yang sehat di antara lansia.
“Program ini lebih kepada membangun komunitas yang sehat, mendukung, dan aktif. Bahkan, mereka yang sudah mencapai jenjang S3 bisa menjadi pengajar bagi peserta lainnya,” ujarnya.
Ketua Pokja Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia dan Pemberdayaan Ekonomi Keluarga, Ariani Hamsir, menambahkan bahwa program ini terbuka untuk lansia berusia minimal 60 tahun.
Seluruh kegiatan diberikan secara gratis, dengan tenaga pengajar dari berbagai latar belakang, seperti dinas pendidikan, kesehatan, psikologi, dan olahraga.
“Kami ingin para lansia merasa tetap produktif, tidak bosan, dan terisolasi di rumah. Dengan bergabung dalam program ini, mereka bisa saling berbagi pengalaman dan mendukung satu sama lain,” jelas Ariani.
Muhammad Nur (75), salah satu wisudawan, menjadi bukti nyata bahwa belajar tidak mengenal usia. Ia mengaku belum pernah mendapatkan pendidikan formal sebelumnya.
Namun, melalui program ini, ia merasa mendapatkan banyak manfaat, terutama dalam menjaga kesehatan fisik dan mentalnya.
“Pelajaran yang kami terima sangat bermanfaat, mulai dari pengetahuan sehari-hari hingga olahraga. Setiap pertemuan saya belajar sesuatu yang baru, yang membantu menjaga tubuh dan pikiran tetap sehat,” ungkapnya dengan semangat.
Dalam program ini, setiap pertemuan berlangsung selama dua jam, dari pukul 10.00 hingga 12.00.
Materi yang diajarkan dirancang agar relevan dengan kebutuhan lansia, termasuk tips menjaga kesehatan, cara berinteraksi dengan lingkungan sekitar, dan pengembangan aktivitas yang mendukung kualitas hidup.