Presiden Amerika Serikat, Donald Trump saat berpidato di sidang umum PBB. (ist)
menitindonesia, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan pidato kontroversial dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 di New York, Selasa (23/9/2025).
Dalam pernyataannya, Trump menuding perubahan iklim sebagai penipuan terbesar yang pernah dilakukan terhadap dunia dan menyerukan negara-negara untuk menutup perbatasannya.
“Perubahan iklim adalah penipuan terbesar yang pernah dilakukan terhadap dunia,” tegas Trump, dikutip Reuters.
Ia menilai kebijakan energi hijau hanya melemahkan ekonomi negara maju dan menegaskan dukungan pada energi fosil.
Trump juga melontarkan kritik tajam terhadap PBB. “Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak hidup sesuai potensinya. Hanya banyak bicara, tanpa tindakan,” katanya.
Ia menyebut organisasi internasional tersebut gagal dalam menyelesaikan berbagai konflik global.
Isu imigrasi menjadi sorotan utama. Trump memperingatkan negara-negara Barat agar tidak membiarkan perbatasannya terbuka.
“Negara-negara Anda sedang dirusak oleh perbatasan terbuka. Eksperimen perbatasan terbuka adalah kegagalan,” ujarnya.
Mengenai konflik Palestina, Trump menegaskan penolakannya terhadap pengakuan sepihak negara Palestina, yang menurutnya akan menguntungkan Hamas.
“Pengakuan negara Palestina dalam kondisi seperti ini adalah konsesi kepada Hamas,” kata dia, sembari mendesak pembebasan sandera.
Trump juga mengangkat isu kebebasan beragama dan berbicara. Ia menyebut umat Kristen sebagai kelompok yang paling banyak mengalami penindasan di dunia.
“Kristen adalah agama yang paling banyak dianiaya di planet ini. Kita harus berdiri bersama membela kebebasan beragama dan kebebasan berbicara,” tuturnya.
Dalam bagian lain, Trump menyalahkan China dan India sebagai “pendana utama” perang di Ukraina, sekaligus mengkritik Eropa yang terlalu bergantung pada energi Rusia. Ia bahkan menyatakan dukungan bagi negara-negara NATO untuk menembak jatuh pesawat Rusia yang melanggar wilayah udara mereka.
Pidato bernada nasionalis itu ditutup dengan klaim keberhasilan dirinya dalam kebijakan luar negeri.
“Saya mengakhiri tujuh perang. Saya adalah pemimpin yang bertindak, bukan sekadar berbicara,” pungkasnya.