Foto Ilustri: Presiden Jokowi, Husain Abdullah dan RR dengan mimik galau.
Pernah sejenak jadi menteri – Berambisi jadi Menko Ekonomi di zaman SBY, tapi namanya dicoret. Rizal membeber kalau dia dicoret karena dihalangi oleh Jusuf Kalla. Padahal dia dicoret karena didemo oleh Prof Darmin Nasution, minta agar SBY tolak RR jadi menterinya. Era Jokowi-JK, sempat diangkat jadi Menko Kemaritiman, kemudian dipecat karena kelakuannya yang tidak berkepribadian.
menitindonesia, JAKARTA – Nama Rizal Ramli (RR) tidak pernah harum. Sejak ia hobby berceloteh, rekam jejaknya pun mulai terkuak. Ternyata, ia lebih banyak mengacau daripada memperbaiki keadaan. Baru-baru ini, Rizal Ramli mengungkit masa lalunya: gagal jadi menteri SBY karena tak diinginkan oleh Jusuf Kalla (JK). Rizal menyimpan sakit hati kepada JK.
Melalui akun YouTube Karni Ilyas Club, RR mengungkapnya. Polemik jadi seru. Karena JK – pihak yang dikritik RR – mau tak mau mengklarifikasi tudingan kalau ia menghalangi RR jadi menteri. Kata mantan Juru Bicara Wakil Presiden Jusuf Kalla, Husain Abdullah, JK tidak pernah mengurusi RR dan tidak pernah melayani bualan-bualan RR. “Dia orang frustrasi, karena dipecat jadi menteri Jokowi,” ucap Husain Abdullah.
Pun terungkap, jejak digital Rizal Ramli. Danial HT, menulis rekam jejaknya di Kompasiana, bulan Maret 2016, saat Rizal menjabat Menko Kemaritiman di Kabinet Kerja Jokowi-JK.
Ini soal kepribadian. RR tidak memahami peran dia sebagai menteri. Sehingga salah satu penyesalan Jokowi pada masa itu, ialah mengajak RR masuk ke dalam kabinet kerjanya. Banyak program pemerintah rusak karena ulah RR yang tidak tahu diri.
Salah satunya adalah rencana pembangunan kilang gas alam cair di Lapangan Gas Abadi, Masela, Maluku. Pada rapat Kabinet terbatas, awal Februari tahun 2016, terjadi perdebatan sengit antara RR dengan Sudirman Said, mengenai opsi mana yang paling tepat dalam pembangunan kilang gas alam cair di Blok Masela itu.
RR ngotot dan menggurui semua peserta rapat, bahwa opsi on shore (di darat) yang paling tepat. Pendapat RR ditentang oleh Sudirman Said, yang mengemukakan sesuai data dan kajian, bahwa opsi off shore-lah (di laut) yang paling tepat.
Presiden Jokowi meminta perdebatan itu dihentikan dan selesai sampai di ruang rapat saja, jangan dibawa sampai ke luar, apalagi di media. Ketika keluar dari ruang rapat itu, saat wartawan bertanya kepadanya, Sudirman tidak mau berkomentar, dia hanya bilang, “Presiden berpesan, jangan lagi berpolemik.”
Jokowi berencana akan mengumumkan keputusan tentang Blok Masela sepulangnya dari kunjungan ke Amerika Serikat. Belum sempat keputusan itu diumumkan, pada Senin, 22 Februari 2016, Rizal Ramli membuat pernyataan mendahului Presiden Jokowi. Selaku Menko Kemaritiman, RR menulis release dan disebarnya ke media massa.
Rilis resmi Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya Nomor 16/II/2016, RR menyebar hoaks bahwa Presiden menginginkan pembangunan kilang gas Lapangan Abadi Blok Masela di darat. Padahal Presiden belum memutuskan dan tidak pernah bilang ke RR soal rencana keputusannya.
Presiden Jokowi terkejut dengan kepribadian menterinya yang satu itu. Kacau. Keesokan harinya, Juru Bicara Presiden, Johan Budi, segera mengumumkan bantahan Presiden, bahwa Presiden belum memutuskan metode pembangunan Blok Masela apakah di laut (off shore) ataukah di darat (on shore).
Begitulah. Akhirnya Jokowi tiba pada kesimpulan, RR harus didepak dari kabinet kerjanya. Selain kerjanya kacau dan banyak dikeluhkan bawahannya, juga karena pertimbangan etika dan kepribadian RR yang sangat minim. Sejak itu, RR menjadi pembual. Eksis berkicau di akun twiter miliknya.
Tak sampai di situ saja. Ternyata RR belum bisa move on sejak dipecat jadi menteri. Ia menuding JK selalu menghalanginya. Husain Abdullah menyebut RR tak lebih dari seorang pembual dan pembohong besar.
Sementara, Politisi Nasdem, Akbar Faisal, juga prihatin dengan kelakuan RR yang waktunya dihabiskan untuk membual. Akbar menyarankan JK agar tidak menanggapi orang semacam RR. Kata Akbar, cukup dia dilayani oleh Husain Abdullah. “Mungkin dia orang yang tidak pernah mengalami bahagia di masa kecilnya,” tulis Akbar Faisal dalam sebuah Group WhatsApp. #timAE