Presiden Jokowi Mau Cawe-Cawe di Pilpres, Ketum KoReAn: Takut Sama Hantu Ciptaannya

Tokoh Guru Nasional dan mantan Ketum PGRI, Muhammad Ramli Rahim. (Foto: Ist)

menitindonesia, MAKASSAR – Ketua Umum Konfederasi Nasional Relawan Anies, Muhammad Ramli Rahim (MRR), mengecam pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menegaskan sikapnya untuk tidak netral dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Jokowi mengklaim langkah itu dilakukan untuk kepentingan negara, bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan.
BACA JUGA:
SBY: Indonesia Bukan Negara Predator, Yang Kuat Memangsa Yang Lemah
“Saya harus cawe-cawe,” kata Jokowi ketika berbincang-bincang dengan para pemimpin media massa di Istana Merdeka, Senin (29/5/2023), kemarin.
Menurut MRR, cawe-cawe Presiden Jokowi ini sesungguhnya tak perlu diungkapkan karena semuanya sudah terlihat jelas meskipun tak diungkapkan dengan kata.
BACA JUGA:
Danny Pomanto Tertarik Gandeng Tim Aerobatik Jupiter TNI AU di F8
Membaca pernyataan Presiden Jokowi itu, lanjut MRR, minimal ada beberap poin yang bisa dibaca. Pertama, Jokowi penasaran ingin mengalahkan Anies. Sebagaimana terlihat secara terbuka, Anies menjadi manusia yang paling tak diinginkan Jokowi.
“Boleh jadi Jokowi penasaran dengan kekalahan calon yang didukung Jokowi dalam Pilgub DKI Jakarta. Ahok yang dijagokannya tumbang ditangan Anies Baswedan yang lebih dipilih rakyat Jakarta. Saat itu tampaknya Jokowi masih malu-malu mengakuinya secara terbuka, karena itu kali ini Jokowi tidak akan malu-malu lagi,” ujar MRR melalui keterangan tertulisnya, Selasa (30/5/2023).
Kedua, kata mantan Ketum IGI itu, menyebut Jokowi akan berhdapan dengan rakyat.
“Sejatinya dalam sistem demokrasi, kekuasaan itu milik rakyat, bukan milik raja seperti dalam sistem monarki sehingga yang berhak menentukan siapa yang akan diberikan kewenangan selanjutnya adalah rakyat, berbeda dengan sistem monarki dimana penguasa selanjutnya ditentukan oleh penguasa sebelumnya. Presiden Jokowi tampaknya tak percaya dengan rakyat. Presiden Jokowi harus ikut cawe-cawe menentukan pemimpin selanjutnya dan bukan menyerahkannya kembali ke tangan rakyat. Jokowi yang dulu dipercaya oleh rakyat tampaknya kini tak percaya lagi dengan rakyatnya,” terangnya.
Ketiga, kata MRR, Jokowi ketakutan pada hantu yang dibuatnya sendiri. Hantu itu mungkin bernama Anies Baswedan atau mungkin juga yang lain tapi komitmen Jokowi untuk ikut cawe-cawe dan komitmennya untuk tidak akan netral adalah konfirmasi atas ketakutannya pada hantu, hantu yang dibuatnya sendiri dalam pikirannya.
“Jika yang dimaksud hantu itu adalah Anies Baswedan maka sesunggunya Anies sudah menunjukkannya saat memimpin DKI, tak ada yang perlu ditakuti sama Anies selama sesuai dengan aturan dan kepatutan yang ada,” katanya.
Dan, keempat, MRR menilai Jokowi akan mengalami post power sindrome akut. “Pernyataan terbuka Presiden Jokowi untuk tidak netral tampaknya membuat kita mengambil kesimpulan bahwa Jokowi ketakutan dan akan mengalami post power sindrom akut. Jokowi tak ingin mengalami itu sehingga dirinya meresa harus ikut cawe-cawe agar kedepan perannya dalam pemerintahan tidak hilang,” ujarnya.
Padahal siapapun yang jadi Presiden nanti, ujar MRR, tak menjamin Jokowi tidak akan mengalami Post Power sindrom.
“Jokowi ketakutan, jika Anies jadi presiden maka sulit bagi dirinya untuk terlibat dalam pemerintahan. Padahal, bukan Anies yang jadi presiden pun tak menjamin dirinya bisa ikut serta mengatur pemerintahan selanjutnya,” ujar MRR.
Jika itu terjadi, lata dia, maka post power sindrom itu akan semakin akut. “Bisa dibayangkan jika ternyata kandidat yang diendores Jokowi menang pilpres tapi meninggalkan Jokowi begitu saja, apalagi saat itu Jokowi tak lagi punya kekuasaan apapun, berbeda dengan Megawati yang memegang kendali Parpol besar dengan fraksi terbesar di Senayan,” pungkasnya. (andi ade zakaria)