Foto : Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Sulsel Andi Muhammad Arsjad Membahas Proyeksi di Tahun 2024 saat Menjamu Para Wartawan di Ruang Kerjanya Kantor Gubernur Sulsel
menitindonesia, MAKASSAR – Desa ketahanan pangan akan didorong agar masyarakat bisa memanfaatkan lahan pekarangan mereka untuk bercocok tanam, dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan mereka. Termasuk agar mereka tetap bisa bertani di lahan lahan miliknya.
Dengan program meningkatkan ketahanan pangan desa. Pemerintah ini tentunya akan membantu masyarakat dalam hal pemberian bibit dan penyuluhan. Dengan perihal tersebut mengajak masyarakat budayakan kembali memanfaatkan kelembagaan-kelembagaan desa yang ada.
Hal itu dipaparkan Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Sulsel Andi Muhammad Arsjad membahas proyeksi di tahun 2024, saat menjamu para wartawan di ruang kerjanya di Kantor Gubernur Sulsel, Kamis (28/12/2023) Selain itu, diharapkan bisa dimanfaatkan untuk mengoptimalkan desa dengan upaya pemenuhan kebutuhan pangan di wilayahnya masing-masing, dan ini akan diperlombakan.
Hal ini dilakukan agar tidak perlu lagi jauh-jauh untuk study banding melihat daerahnya orang tetapi kita lihatlah desa-desa kita yang bisa menjadi contoh yang menginspirasi desa-desa yang lain, termasuk juga konsep ketahanan pangan dalam artian pemanfaatan lahan pekarangan dan pertanian keluarga itu, bisa berjalan dengan baik.
“Sebelum diadakan perlombaan kita akan mensosialisasikan terlebih dahulu ke 24 kabupaten dan kota bahwa indikator penilaiannya diantaranya ada tiga, yaitu bagaimana desa itu memenuhi ketersediaan pangan, bagaimana upaya pemerintah desa dalam memaksimalkan lahan-lahan pekarangan termasuk lahan tidur yang ada di desanya, kemudian keterjangkauan dan terakhir adalah keamanannya seperti, produk-produk mereka terjaga, disertifikasi, serta produknya memiliki label higienis. Sehingga, pangan yang diproduksi itu adalah betul-betul terbebas dari bahan kimia,” imbuhnya dalam keterangan rilis, Jumat (29/12/2023)
Adapun jenis-jenis pangan yang diperlombakan nantinya adalah umbi-umbian, bisa juga jagung, dan termasuk juga pisang.”Kita berharap agar masyarakat bicara makanan jangan hanya nasi saja tetapi, bagaimana kenyang tanpa nasi,” ujarnya sembari melanjutkan.
“Jadi, kita ajar masyarakat bagaimana ada keanekaragaman (pangan namanya). Pada bulan Februari dan Maret teman-teman di dinas ketahanan pangan nanti, kita dorong untuk terus di lapangan mengedukasi, mendampingi masyarakat, tentu bersama dengan pemerintah desa, kecamatan dan pemerintah kabupaten untuk memanfaatkan lahan-lahan pekarangan mereka,” kuncinya. (*)