FOTO: Prof Taruna Ikrar usai dilantik Presiden Jokowi sebagai Kepala BPOM RI di Istana Negara. (Ist)
menitindonesia, JAKARTA – Kepala Badan Pengawasan Obat-Obatan dan Minuman (BPOM) RI yang baru, Prof Taruna Ikrar, mengatakan pelayanan kesehatan masyarakat saat ini tidak maksimal, karena disebabkan harga obat di Indonesia lebih mahal 400 persen dari harga obat di luar negeri.
“Di Indonesia, harga obat terlalu mahal, lebih mahal 400 persen dari harga obat di luar negeri. Dampaknya, banyak orang memilih berobat ke luar negeri, ratusan milyar setiap tahun devisa negara hilang. Ini harus disikapi serius,” kata Prof Taruna Ikrar di Jakarta, Kamis (22/8/2024).
Sesuai amanah dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), kata dia, BPOM RI akan mendukung kemandirian penyediaan obat di dalam negeri dan memberikan kemudahan akses obat yang diperlukan sehingga harganya lebih terjangkau bagi masyarakat.
Untuk menekan harga obat di Indonesia agar lebih murah, Prof Taruna mengatakan, pihaknya terlebih dahulu akan memastikan peningkatan sinkronisasi dan koordinasi antarlembaga yang mendukung sistem pengawasan obat dan makanan. “Ini menyangkut kemaslahatan ummat,” ucap Prof Taruna.
Selain itu, Prof Taruna juga mengatakan, perlu ada regulasi yang baik agar harga obat di dalam negeri tidak mahal dari harga di negara tetangga. “Yang bikin mahal, hampir 90 persen bahan baku obat masih diimpor,” ujar dia.
Selain itu, Prof Taruna juga menekankan perlunya ada inovasi obat-obatan baru dan diperlukan reformasi regulasi, sebab menyangkut reputasi Indonesia di mata global. “Saya inginkan BPOM ke depan bisa setara dengan Food and Drug Administration (FDA) yang ada di Amerika Serikat. Negara kita ini negara terbesar di Asia Tenggara dan terbesar ke empat di dunia,” ujar Taruna.