Lory Hendraja membawakan materi pada workshop penulisan puisi bagi para guru. (foto: docpri)
Tantang guru berpuisi –Penyair Maros, Lory Hendrajaya mengajari guru SD 103 Inpres Hasanuddin Maros menulis puisi. Dia juga mendorong para guru menjadikan kehidupan sehari-harinya sebagai tema puisi.
menitindonesia.com, MAROS – Di masa pandemi Covid-19 yang belum kunjung usai, tak mengurangi kreatifitas para guru untuk meningkatkan kapasitasnya. Misalnya, SD 103 Inpres Hasanuddin Kabupaten Maros, baru saja menggelar workshop penulisan puisi di sekolahnya, Selasa (29/09), kemarin.
Workshop tersebut, diikuti sekita 50 Guru dan berlangsung selama sehari dan dilaksanakan dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat.. Acara dibuka oleh kepala Dinas Pendidikan Maros, Ir H Takdir,
Saat sambutan, Takdir bilang, dia sangat mendukung kegiatan workshop tersebut karena bermanfaat menambah kapasitas para guru, agar para guru juga terampil menulis puisi.
Takdir juga berharap guru-guru di Maros terus berkarya. Bahkan, kata Takdir, kalau perlu membuat buku kumpulan puisi khusus para guru di Maros.
Workshop tersebut dibawakan oleh Penyair Maros, Lory Hendrajaya. Praktisi kesenian dan Koordinator Rumah Dongeng Chapter Maros ini, didampingi oleh seniman Ima Fatimah, yang juga seorang penulis sekaligus sekretaris Rumah Dongeng Chapter Maros.
Selain memotivasi para guru, kedua pemateri tersebut juga membekali para guru cara menulis puisi dengan mudah melalui pendekatan diksi yang kuat. Lory mengajak para guru memberanikan diri menulis dan menjadikan kehidupan sehari-harinya sebagai tema puisi dan menjadikan puisi bahagian dalam kehidupan sehari-hari.
“Saya harapkan, workshop ini nanti akan melahirkan penulis-penulis puisi di kalangan pendidik dan tenaga kependidikan di SD Hasanuddin, serta menjadikan ilmu puisi sebagai media mengajar di kelas,” ujar mantan Anggota DPRD Maros itu .
Sementara Ima Fatimah, juga mendorong para guru tidak hanya terampil menulis puisi, tapi bisa melahirkan karya dalam bentuk antologi puisi. “Kumpulan karya puisi ini akan menjadi karya abadi dan akan terus tersimpan sampai waktu yang lama,” kata Ima Fatimah.
Sementara itu, kepala UPTD SDN 103 Inp Hasanuddin, Wahidah manyampaikan rasa syukurnya karena workshop tersebut bisa terlaksana. “Walau masa pandemi, kreatifitas dan penambahan wawasan guru tetap berjalan baik. Saya bangga pada guru guru yang tak henti belajar dan mengasah kemampuannya untuk menjadi guru hebat. Semoga workshop ini akan melahirkan penulis andal dari sekolah kami,” ujar Wahidah. (ade z)