Andi Isdar Yusuf, SH, MH, pengamat penerbangan, mantan pramudara dan sekarang praktisi hukum. (Foto: doc_menit)
Diduga elevator pesawat copot – Pilot sudah melewati masa krisis saat mau take Off atau one minute Silent. SJ182 sudah climbing, pesawat sudah mendaki atau menanjak ke ketinggian diatas 10000 feet dan pesawat sudah airborne. “Biasanya posisi pesawat climbing kalau ada masalah, captain yang berpengalaman sudah tahu cara handlingnya,” kata Andi Isdar Yusuf.
menitindonesia, JAKARTA – Penyebab jatuhnya Sriwijaya Air SJ182 di Kepulauan Seribu, menurut pengamat penerbangan Andi Isdar Yusuf, kemungkinan disebabkan elevator jatuh.
“Elevator Sriwijaya Air SJ-182 mungkin copot setelah pesawat di ketinggian ribuan meter. Elevator itu kompartemen penting dalam penerbangan, kalau ini bermasalah, pilot tak bisa berbuat banyak, ujar Andi Isdar di Jakarta, Senin (11/1/2021).
Pilot pesawat Sriwijaya Air SJ-182, kata dia, hanya punya waktu dua menit. Setelah itu, sriwijaya air jatuh, terjun ke laut. Karena lautnya dangkal, hanya 23 meter Sriwijaya Air SJ-182 langsung menghantam lumpur dan terhambur di dasar laut.
Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di laut Kepulauan Seribu, setelah kehilangan kontak sekitar pukul 14.30 WIB, Sabtu (9/1/2021).
Menurut Andi Isdar Yusuf, situasi itu berlangsug sangat cepat. “Begitu elevator Sriwijaya Air SJ-182 copot, maka tidak ada yang bisa membantu, langsung terjun,” kata Andi Isdar Yusuf.
Praktisi hukum yang juga pemerhati penerbangan sipil itu bilang, elevator adalah kompartemen penting dan krusial di pesawat. “Letaknya itu di belakang, sayap horisontal di ekor pesawat,” ujarnya.
Elevator berbentuk sirip horizontal yang memiliki fungsi kontrol mengarahkan badan pesawat naik atau turun dan selanjutnya mengangkat atau menurunkan ketinggian pesawat dengan mengubah sudut kontak sayap pesawat.
“Jadi elevator itu naik-turun. Dulu digerakkan pakai kabel, sekarang sudah nirkabel, otomatis. Saya menduga, elevatornya itu copot karena perawatan yang tidak maksimal. Itu kan semacam engsel yang bergerak naik-turun, bisa saja sudah karatan, faktor perawatan sangat penting,” jelas Andi Isdar Yusuf.
Gerakan elevator ke atas dan ke bawah. Bila elevator bergerak ke atas, kontak elevator dengan udara akan menekan turun bagian ekor pesawat, secara otomatis, hidung pesawat akan mengarah ke atas. Ini akan menyebabkan sayap pesawat mengangkat ketinggian badan pesawat karena sudut kontak sayap pesawat dengan udara bertambah. Demikian pula sebaliknya.
“Coba bayangkan, di ketinggain ribuan meter, dengan kecepatan tinggi, elevator Sriwijaya Air SJ-182 yang begitu signifikan fungsinya copot atau tidak berfungsi,” kata Andi Isdar Yusuf.
Kalau salah satu mesin yang rusak atau tidak berfungsi, kata dia, pilot masih punya waktu untuk melakukan kontak dengan pihak luar.
“Dan pasti, jika salah satu mesin yang rusak, pilot akan kembali. Yang seperti ini sering kami alami dulu dan pilot pasti kembali. Tapi kalau elevator yang rusak, copot, tidak ada pilihan, langsung terjun bebas, jatuh,” jelas Isdar Yusuf.
Mantan pramugara ini, mengatakan sebenarnya elevator Sriwijaya Air SJ-182 sudah berfungsi karena kondisi pesawat sudah melewati masa krusial penerbangan.
Meski demikian, Andi Isdar Yusuf menegaskan, penyebab Sriwijaya Air jatuh belum bisa dipastikan. Semua pihak harus menunggu hasil kajian Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sebagai pihak berwenang.
“Setelah itu dicari kotak hitam. Nah, setelah semuanya itu, barulah dilakukan pengkajian penyebab jatuhnya. Dan hasil kajian NKT itulah yang akan mengungkap penyebab sriwijaya air jatuh. Jadi kita tunggu hasil kajian KNKT tentang penyebab Swirijaya Air Jatuh,” kata Andi Isdar Yusuf. #adezakaria
Sumber: Andi Isdar Yusuf dan beberapa kutipan dari Tribune Timur