Mesjid di Dusun Arra, Desa Pucak, Kecamatan Tompobula yang disita oleh KPK. (Foto: ist)
menitindonesia, MAROS – Penyegelan Mesjid yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di atas lahan milik Gubernur (nonaktif) Sulawesi Selatan HM Nurdin Abdullah (NA) di Dusun Arra, Desa Pucak, Kecamatan Tompobulu, mendapat kecaman dari warga setempat, Selasa (23/6/2021).
Diketahui sebelumnya KPK menyebut, penyegelan tersebut dilakukan karena diduga dari uang hasil suap dan gratifikasi proyek dari sejumlah kontraktor.
Salah satu warga di Arra mengatakan, Mesjid yang disegel KPK itu, dibangun bukan dari hasil uang korupsi, melainkan dari sumbangan masyarakat yang ingin mencari pahala, bukan mencari proyek.
“Mesjid ini dibangun dari uang sumbangan warga masyarakat yang ingin cari pahala, bukan dari orang yang mau cari proyek. Jadi KPK harus pandai membedakan yang mana sumbangan dan yang mana sogokan. Masa menyumbang Mesjid dikira sogokan?” kata pria separuh baya yang sehari-harinya aktif bekerja sebagai Tani.
Warga menyesalkan penyegelan masjid tersebut. Menurut mereka, Mesjid tersebut bukanlah milik atau diperuntukkan Nurdin Abdullah pribadi atau keluarganya. Melainkan diperuntukkan menjadi sarana ibadah secara umum agar kebutuhan ibadah warga sekitar dapat terpenuhi, khususnya di lokasi terpencil.
Terungkap, donatur yang turut serta membantu pembangunannya, salah satunya Petrus Yalim, Direktur PT Putra Jaya.
Saat bersaksi di Pengadilan Negeri Makassar, Kamis (10/6) lalu, Petrus mengungkapkan di hadapan Hakim kalau dirinya memang pernah diminta membantu pembangunan Mesjid tersebut oleh ajudan NA, Syamsul Bahri. Ia pun menyanggupi dan meminta no rekening dari Syamsul.
“Syamsul bilang, apakah bisa dibantu pembangunan Mesjid ini? Saya bilang, bisa pak minta nomor rekeningnya,” kata Petrus, saat bersaksi.
Lalu, lanjut Petrus, Syamsul memberikan nomor rekening atas nama yayasan masjid.Lalu ia mentransfer donasi senilai Rp100 juta.
“Nominal donasinya inisiatif sendiri dan saya kirim ke rekening yayasan, bukan ke Pak NA. Saya tidak pernah komunikasi dengan Pak NA, cuman ke Pak Syamsul Bahri saja,” bebernya.
Ia mengaku, perusahaannya memang kerap memberikan donasi ke sejumlah pembangunan rumah ibadah. Bukan cuma masjid, tetapi juga untuk pembangunan gereja, kelenteng, dan lainnya.
“Perusahaan saya memang sering menyumbang pembangunan Mesjid, Gereja dan Klenteng. Intinya kami mencari pahala dan ikhlas,” ujar Petrus..
Sementara itu, Bendahara Masjid, Aminuddin, membenarkan adanya donasi yang masuk ke rekening Yayasan Mesjid. Uang tersebutlah yang digunakan pasca peletakan batu pertama hingga saat ini.
“Memang ada uang yang masuk tapi saya tidak tahu dari siapa. Dan semuanya sudah dipakai untuk bangun itu masjid,” ungkap Aminuddin.
Menurut dia warga Dusun Arra sangat senang dengan adanya pembangunan Masjid tersebut, karena memang Mesjid yang ada di Desa Pucak sekitar 2 KM dari Dusun Arra, sementara jumlah kepala keluarga di Arra mencapai 250 KK.
Senada dengan Kepala Dusun Arra, Daeng Rala yang menegaskan bahwa tiidak ada orang yang memiliki sarana ibadah seperti masjid secara pribadi, sebab masjid sudah pasti dipakai sholat berjamaah oleh ummat dan warga setempat.
“Tidak ada orang yang bisa memiliki secara pribadi itu Masjid, pasti akan dipakai dengan semua orang,” pungkas Daeng Rala. (roma)