Aksi Mahasiswa Menolak Kenaikan BBM Melemah?

Penulis

A. Yahyatullah Muzakkir*)
menitindonesia – KENAIKAN BBM pada 3/9 lalu memberi dampak besar serta sangat meresahkan masyarakat. Kenaikan harga dan barang kebutuhan lainnya mulai terasa. Respon keras berbagai elemen masyarakat terus menyuarakan penolakan, terutama mahasiswa dan lembaga kemahasiswaan. Hal ini dapat dilihat pada gelombang demonstrasi yang dilakukan secara beruntun. Pads aksi pertama 5/9 lalu, massa aksi melakukan demonsteasi hingga menutup ruas-ruas jalan kota Makassar dan telah menimbulkan kemacetan total. Hal ini kemudian direspon aparat dengan makin memperketat pengawalan dan penanganan.
Pada saat yang sama kebijakan kenaikan harga BBM sudah di anggap keputusan final oleh rezim Jokowi-Ma’ruf, maka kita dapat beranggapan bahwa respon mahasiswa dan lembaga kemahasiswaan adalah sudah seharusnya. Yang menjadi kerisauan kemudian adalah gerakan demonstrasi sebagai instrumen penolakan makin hari makin mengalami penurunan jumlah massa. Terasa sekali kalau gerakan ini kian hari kian melemah.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa gerakan ini tampak makin melemah. Yang dapat disebut ialah karena lembaga kemahasiswaan tampak terbelah fokusnya pada masalah-masalah internal kampus masing-masing. Ini adalah masalah klasik dimana fokus isu penolakan kenaikan BBM selalu dibayang-bayangi isu-isu internal kampus seperti keinginan masing-masing elemen mahasiswa untuk menumpangi gerakan dengan keperluan praktis internal kampus. Soliditas kemudian tampak rapu untuk tetap fokus pada musuh bersama.
Hal lainnya, gerakan mahasiswa hingga hari ini belum bersatu. Kita melihat sejumlah OKP, BEM SI yang berada pada level nasional seharusnya mengintruksikan semua struktur di bawah nya, agar gerakan makin diperkuat dan diperbesar. Bukan hanya memancing di air keruh ibaratnya. Di mana hanya seolah-olah saja. Sebagai mahasiswa dan pimpinan lembaga kemahasiswaan harus punya prinsip. Sekali menolak, maka perjuangannya tidak boleh berhenti sebelum BBM ini kembali normal seperti semula. Dalam kondisi seperti ini, hal paling penting yang mesti di sadari oleh mahasiswa dan lembaga kemahasiswaan tidak mementingkan ego lembaganya tersendiri. Karena, kalau hanya ingin mengangkat nama lembaga sendiri itu tidak akan mampu mengubah keadaan. Pemikiran seolah-olah baiknya segera disadari, karena selain memperburuk keadaan ini juga akan memperburuk karakter juang para mahasiswa dan lembaga kemahasiswaan.
Hal lain yang juga menjadi pertanyaan, kalau lembaga kemahasiswaan sekelas BEM Dan OKP di Pusat kalau tidak turun dalam perjuangan ini hingga tujuan tercapai, maka kita sama-sama mempertanyakan bagaimana idealisme mereka sebagai mahasiswa dan lembaga kemahasiswaan, begitu pun di daerah. Sehingga, kesadaran bersama untuk bersatu serta terkoordinasi untuk gerakan yang lebih besar lagi itu sebaiknya cepat di konsolidasikan hingga kembali berjuang agar kebijakan kenaikan harga BBM ini kembali normal seperti semula.
*) Ketua BEM FEB 2021-2022 Unismuh Makassar