menitindonesia, MAKASSAR – Koalisi Perubahan yang terdiri dari Partai NasDem, Partai Demokrat dan PKS yang rencana mencalonkan Anies Baswedan di Pilpres 2024 terancam akan bubar setelah Wakil Ketua Umum Partai NasDem Ahmad Ali, menyindir Demokrat secara terbuka di publik dan menuduh Demokrat tidak pernah mensosialisasikan Anies Baswedan. Sindirin itu, menandakan jika koalisi perubahan terkesan rapuh karena sikap NasDem terang-terangan menolak AHY sebagai Cawapres Anies.
Demikian pendapat pengamat politik dan peneliti Yayasan Lembaga Kajian Pembangunan (LKP) Muhammad Asrul Nurdin, S.Pd kepada jurnalis media ini di Makassar, Minggu (11/6/2023).
Menurut Muh Asrul Nurdin, pernyataan Ahmad Ali yang terkesan mengejek dan merendahkan posisi Partai Demokrat dalam koalisi perubahan serta terkesan menolak mentah-mentah Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi Cawapres untuk Anies Baswedan, meskipun survei elektabilitas AHY untuk bakal Cawapres berada di posisi teratas.
“Mestinya Waketum NasDem Mad Ali tidak membuat statemen yang bisa merendahkan Partai Demokrat. Karena pernyataan yang nyinyir ke Demokrat justru melemahkan Anies dan memperlihatkan koalisi perubahan ini rapuh,” kata Muh Asrul.
Kondisi koalisi yang belum kelar soal bakal cawapres itu, lanjut Asrul, justru harus memperlihatkan kedewasaan dan kebesaran hati NasDem dan PKS untuk menerima AHY sebagai Cawapresnya Anies.
“Kalau sejak awal mereka memperlihatkan ketidakkompakan bahkan tak segan-segan merendahkan Demokrat, bisa jadi nanti kalau koalisi ini menang, Demokrat dibuang karena keberadaannya terkesan hanya dianggap pelengkap semata,” ujarnya.
Bahkan Muh Asrul juga menilai, nyinyiran Ahmad Ali menyebut Demokrat terkesan memaksakan AHY menjadi Cawapresnya Anies, sama dengan penolakan secara tidak etik. Alasan dia, pencalonan Anies sebagai Capres diusulkan NasDem, jika Demokrat memiliki misi menjadikan AHY sebagai Cawapres adalah hal yang pantas, sebab survei elektabilitas AHY justru menambah peluang Anies memenangkan Pilpres.
“Kan NasDem yang menyodorkan Anies, jadi wajar jika Demokrat meminta wakil karena memang kadernya memandat AHY jadi Capres atau Cawapres, bukan semata-mata menjadi sekedar pelengkap bagi misi NasDem untuk berkuasa,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Badan Komunikasi dan Strategi (Bakomstra) DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra membantah kalau Demokrat memaksakan AHY kepada Anies dan koalisi untuk menerima AHY jadi Cawapres.
Herzaky menjelaskan desakan pihaknya kepada Anies segera mengumumkan nama pendampingnya agar bakal capres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan ini tidak kehilangan momentum politik.
“Desakan tersebut bukan memaksa Anies memilih AHY sebagai pendampingnya,” jelasnya. (andi endeng)