menitindonesia, MAROS – Dinamika politik pasca Pemilu 2024 di Kabupaten Maros, mulai bergeser, membahas ancang-ancang Pilkada serentak–yang telah dijadwalkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)–pada 27 November 2024 mendatang.
Pun peneliti pada Yayasan Lembaga Kajian Pembangunan (LKP), Muhammad Asrul Nurdin, S.Pd., menyampaikan hasil risetnya terkait dinamika politik di Maros pasca Pileg 2024. Menurutnya, 12 kursi DPRD Maros yang diraih Partai Amanat Nasional (PAN), mengantarkan PAN menjadi satu-satunya partai yang bisa mengusung pasangan calon bupati dan wakil bupati di Pilkada Maros tanpa harus koalisi.
“Syarat untuk mengusung paslon di Pilkada Maros minimal 7 kursi. Artinya hanya PAN yang bisa mengusung dengan 12 kursi, setelah itu Golkar 6 kursi, tapi harus berkoalisi kalau mau mengusung paslon,” kata Muhammad Asrul, Senin (11/3/2024).
Meskipun PAN bisa mengusung sendiri, Muhammad Asrul menyarankan agar PAN tetap menggalang koalisi dengan partai lain. Sebab, kata dia, dinamika politik yang beririsan dengan peta politik secara nasional hasil Pemilu 2024, menjadi salah satu instrumen penting bagi daerah ke depan.
Alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar ini, mengakui bahwa Ketua DPD PAN Maros AS Chaidir Syam–yang juga bakal calon petahana–itu, memiliki elektabilitas di atas 60 persen. Hingga saat ini, ujar Asrul, belum ada tokoh di Maros yang bisa menjadi pesaing Chaidir di Pilkada.
“Sulit mencari lawannya Chaidir di Pilkada Maros nanti. Selain PAN berhasil meraih 12 kursi legislatif, juga elektabilitas Chaidir Syam pada angka di atas 60 persen. Sedangkan kompetitornya di Pilkada lalu, seperti Tajrimin dan Andi Ilham Nadjamuddin, baru-baru gagal di Pileg. Positioning politiknya juga lemah karena tidak punya kendali di partai (Gerindra),” ungkap Asrul.
Adapun yang berpotensi menjadi rival Chaidir Syam, yakni Wakil Bupati Maros Hj Suhartina Bohari. Menurut dia, Suhartina pun lebih memilih untuk tetap mendampingi Chaidir Syam hingga dua periode.
“Meskipun Golkar di bawah kendali Tina, belum pernah ia menyatakan terbuka untuk maju jadi Bupati. Yang kami deteksi, kecenderungan politiknya tetap ingin melanjutkan berpasangan dengan Chaidir di Pilkada nanti,” katanya. “Elektabilitas Tina saat ini juga belum bisa jadi modal menantang petahana.”
Sedangkan mantan Bupati Maros Ir HM Hatta Rahman, yang konon menyiapkan skema perlawanan untuk menantang Chaidir Syam di Pilkada Maros, ujar Asrul, sudah kehilangan pamor karena gagal di Pileg 2024, perolehan suaranya sangat minim. “Malah setelah Pak Hatta dan keluarganya gabung PPP, justru kursi PPP hilang di Maros. Jadi pengaruh dan pamor politiknya pasti merosot,” katanya.
Potensi Lawan Kotak Kosong
Senada dengan Muhammad Asrul, tokoh masyarakat Maros H. Malik mengatakan, setelah Pileg 2024, peta kekuatan politik di Maros berubah. Menurutnya, dominasi politik PAN tidak bisa dibendung dan Chaidir Syam tidak memiliki lawan yang berpotensi. Ia mengaku, tidak akan mendorong calon dari keluarganya untuk menantang petahana di Pilkada Maros nanti.
Untuk diketahui, pada Pileg 2024 lalu, H. Malik berhasil mendudukan putrinya dan dua putranya di DPRD Maros dan DPRD Provinsi melalui Partai NasDem. Menantunya, H. Sahiruddin, saat ini menjadi Ketua DPD Partai NasDem Kabupaten Maros.
“Anak saya dua orang lolos di DPRD Maros dan satu lolos di DPRD Provinsi. Hanya menantu saya (Sahiruddin) yang tidak lolos ke Senayan, karena suaranya sedikit. Tidak ada rencana mendorong mereka maju di Pilkada. Kita support saja Pak Bupati lawan kotak kosong,” ujar H Malik. (AE)