
menitindonesia, JAKARTA – Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bidang Hubungan Antar Lembaga, Bambang Soesatyo (Bamsoet), menegaskan pentingnya konsolidasi internal dan penguatan aliansi eksternal guna menghadapi dinamika politik nasional. Menurutnya, langkah ini bukan sekadar opsi, melainkan keharusan strategis untuk memastikan Golkar tetap eksis dan berpengaruh di panggung politik Indonesia.
BACA JUGA:
Patarai Amir Pimpin SOKSI Sulsel, Targetkan Golkar Kuat dan Pekerja Sejahtera
“Konsolidasi internal berfungsi memperkuat struktur dan integrasi dalam Partai Golkar, sedangkan penguatan eksternal bertujuan memperluas jaringan serta membangun aliansi strategis dengan berbagai elemen, seperti organisasi politik, akademisi, ormas keagamaan, media, hingga kelompok pemuda dan masyarakat,” ujar Bamsoet saat memaparkan program kerja Bidang Hubungan Antar Lembaga dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai Golkar di Jakarta, Sabtu (8/2/2025).
Strategi Konsolidasi Internal: Perkuat Fondasi Partai
Bamsoet menekankan bahwa konsolidasi internal harus dimulai dari organisasi pendiri dan sayap partai. Golkar perlu mempererat hubungan dengan Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI), Koperasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO), dan Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) yang selama ini menjadi pilar utama partai.
Tak hanya itu, keterlibatan organisasi sayap seperti Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG), Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG), Satkar Ulama Indonesia, Al-Hidayah, serta Himpunan Wanita Karya juga menjadi prioritas.
BACA JUGA:
Ahmad Muzani Tegaskan Gerindra Bukan Alat Kekuasaan, Tapi Alat Perjuangan!
“Survei LSI 2023 menunjukkan 75% responden menginginkan peremajaan kepengurusan partai. Ini bukti bahwa konsolidasi internal sangat penting untuk membangun kepercayaan publik dan menghadirkan wajah baru yang lebih modern serta dinamis,” jelas Bamsoet.
Konsolidasi Eksternal: Bangun Kekuatan dan Legitimasi Politik
Selain menguatkan struktur internal, Partai Golkar juga harus membuka ruang dialog dengan organisasi keagamaan, kelompok akademisi, media, dan partai politik lain.
“Misalnya, menjalin hubungan dengan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) dapat memperkuat legitimasi politik Golkar, sekaligus menjangkau basis pemilih yang lebih luas. Dalam Pemilu 2024, peran organisasi keagamaan sangat krusial dalam menggerakkan suara masyarakat,” paparnya.
Tak hanya itu, Golkar juga perlu membangun komunikasi politik dengan partai-partai lain yang memiliki visi dan misi sejalan. Kolaborasi dengan partai kecil atau partai tengah dapat menjadi strategi efektif dalam menghadapi persaingan politik yang semakin dinamis.
Menatap Masa Depan Golkar dengan Soliditas dan Strategi Jelas
Bamsoet menegaskan bahwa tanpa konsolidasi yang solid, Golkar akan sulit mempertahankan posisinya sebagai salah satu kekuatan utama di Indonesia.
“Di tengah perubahan politik yang cepat, Golkar harus mampu beradaptasi dengan memperkuat fondasi internal dan membangun aliansi strategis eksternal. Dengan begitu, partai ini tidak hanya bertahan, tetapi juga semakin kuat dan berdaya saing di kancah politik nasional,” pungkasnya.
(akbar endra-AE)