Mengapa Kita Mengantuk Saat Hujan? Begini Penjelasan Ilmiahnya!

ILUSTRASI
menitindonesia, JAKARTA – Banyak orang mengaku merasa lebih mudah mengantuk ketika hujan turun. Fenomena ini ternyata bukan sekadar sugesti, tetapi memiliki dasar ilmiah yang berkaitan dengan perubahan lingkungan dan reaksi biologis tubuh manusia.
Para ahli menyebutkan, turunnya hujan membuat intensitas cahaya matahari berkurang secara signifikan. Cahaya merupakan faktor utama pengatur ritme sirkadian yang mengontrol siklus tidur dan bangun seseorang. Ketika cahaya meredup, tubuh meningkatkan produksi hormon melatonin, yang secara alami memicu rasa kantuk.
Selain itu, hujan biasanya disertai penurunan tekanan udara atau tekanan barometrik. Tekanan rendah membuat kadar oksigen di udara sedikit menurun, sehingga tubuh perlu bekerja lebih keras untuk menjaga suplai oksigen.
Kondisi ini dapat memunculkan rasa lesu dan menurunkan tingkat kewaspadaan. Penurunan tekanan juga merangsang sistem saraf parasimpatis, yang bertanggung jawab atas respons relaksasi.
Suara hujan yang jatuh secara berulang dan ritmis pun berperan. Suara ini memiliki karakteristik yang mirip white noise—suara latar yang stabil dan konsisten.

BACA JUGA:
Sejarah Halloween, Dari Tradisi Kuno Bangsa Celtic hingga Budaya Populer Dunia

White noise diketahui mampu menurunkan stimulasi berlebihan di otak, membuat tubuh masuk ke kondisi lebih tenang. Tidak mengherankan jika banyak orang merasa rileks bahkan mengantuk saat mendengar rintik hujan.
Faktor lain yang turut memengaruhi adalah meningkatnya kelembapan udara. Ketika kelembapan tinggi, proses penguapan keringat di kulit melambat, sehingga tubuh menurunkan aktivitas metabolisme untuk menjaga kestabilan suhu.
Pada saat yang sama, suhu lingkungan yang lebih dingin akibat hujan memicu tubuh mengaktifkan respons relaksasi, mirip dengan kondisi ideal untuk tidur.
Tidak hanya faktor biologis, aspek psikologis juga memainkan peran penting. Bagi sebagian besar orang, hujan identik dengan suasana nyaman dan aktivitas santai seperti berada di rumah atau beristirahat. Asosiasi ini memperkuat sinyal internal untuk lebih tenang dan kurang aktif.
Secara keseluruhan, kombinasi antara penurunan cahaya, tekanan udara rendah, suara hujan yang menenangkan, kelembapan tinggi, suhu dingin, serta faktor psikologis membuat hujan menjadi pemicu kuat munculnya kantuk.
Para ahli mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, terutama bagi mereka yang berkendara atau bekerja di luar ruangan ketika hujan turun.
Dengan memahami faktor-faktor pemicunya, diharapkan masyarakat dapat lebih bijak dalam mengatur aktivitas agar tetap aman dan produktif meskipun cuaca sedang tidak bersahabat.