Prof Ilmar: Wajar Survei Chaidir Syam-Suhartina Melejit Setelah Diterpa Negative Campaign

Pakar Hukum Tata Negara Universitas Hasanuddin, Prof Dr Aminuddin Ilmar, SH, MH. (Foto: Istimewa)
Buah negative campaign – Hati-hati bagi Paslon yang sering melakukan black dan negative campaign. Sasarannya bisa berbalik arah. Justru lawan yang diserang malah dapat simpati warga dan elektabilitasnya melejit. “Gunakanlah kampanye positif, adu gagasan dan program agar masyarakat lebih simpatik,” kata Professor Ilmar.
menitindonesia, MAROS – Jelang pencoblosan dan akhir masa kampanye, Pakar Hukum Tata Negara dan pengamat politik Universitas Hasanuddin, Prof Dr Aminuddin Ilmar, SH, MH, menyoroti kebiasaan buruk calon di Pilkada yang gemar melakukan negatif campaign dan balck campaign. Menurutnya, model kampanye tersebut sudah ketinggalan zaman dan tidak lagi bisa mempengaruhi elektoral.
Malah, kata dia, justru bisa berbalik arah, masyarakat jadi bersimpati kepada kandidat yang dihajar dengan kampanye negatif dan kampanye hitam.
“Masyarakat sekarang tidak bodoh, karena sudah bisa mengakses informasi yang berimbang. Hampir semua orang punya smart phone yang bisa diapakai mengakses informasi, baik di media online maupun di sosial media,” kata Prof Ilmar kepada menitindonesia.com, Minggu (15/11), kemarin.
Fenomena Pilkada seperti di Maros, pendukung Paslon melakukan unjuk rasa ke KPK dan kejaksaan untuk melaporkan kandidat lawannya, mau tak mau akan terbaca sebagai upaya politik untuk tujuan elektoral.
“Perhelatan di Pilkada, sepertinya sangat sulit untuk menghindari terjadinya black dan negative campaign sesama pasangan calon. Padahal, kita berharap kompetisi di Pilkada sehat,” ucap Prof Ilmar.
Ia menyarankan agar terjadi kampanye positip atau positive campaign, di mana semua Paslon lebih banyak menonjolkan Program Kerjanya kalau diberi amanah oleh rakyat.
“Bukan sebaliknya, lebih banyak melakukan black atau negative campaign kepada lawan politik dengan maksud untuk menjatuhkan pamor dan integritas agar pemilih berpaling untuk tidak memilih kompetitornya,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan kampanye hitam atau black campaign, kata dia, sudah melewati batas hukum karena tidak disertai dengan fakta. Bahkan, menurutnya, kampanye negatif bisa juga menciptakan adanya ketidaknyamanan bagi pihak-pihak yang dikampanyekan dengan persepsi negatif.
“Sebenarnya kita harap agar semua peserta pasangan calon kepala daerah lebih fokus kepada kampanye positif agar warga masyarakat mendapat pembelajaran politik yang baik dalam pelaksanaan pesta demokrasi,” terangnya.
Ia juga menangkap fenomena berbalik, seperti yang terjadi di Maros. Setelah diterpa blcak campaign, justru survei elektabilitas Chaidir Syam-Suhartina Bohari (Hati Kita Keren) malah melejit.
“Kampanye hitam dan negatip bisa menimbulkan atau menyebabkan luka batin di masyarakat. Dalam arti, membuat masyarakat tidak siap dan mampu melihat cara kampanye yang baik dan benar. Sehingga, wajar jika masyarakat bersimpati kepada Paslon yang terus menerus diserang negatif Campaig,” ujar penulis buku Hukum Tata Pemerintahan, itu. #andiesse