Imam Shamsi Ali Bantah Shalat Idul Adha Dihadiri 100 Ribu Jamaah di New Jersey

Thousands of Muslims attend Eid al-Adha prayer service, marking the last of day of the Hajj pilgrimage, at MetLife Stadium on August 11, 2019. A man lays out his prayer rug. (Amy Newman/Northjer sey.com)

menitindonesia, QUEENS NYC – Direktur Jamaica Muslim Centre, Queens New York City, Imam Besar Shamsi Ali, membantah potongan video TV One yang diviralkan tentang Shalat Idul Adha dengan jamaah 100 ribu di sebuah lapangan baseball, di New Jersey, Amerika Serikat.
“Yang pasti berita itu tidak benar, sholat yang diberitakan itu bukan di tahun 2021 ini. Tapi Sholat Idul Adha sebelum pandemi Covid tahun 2019 lalu. Untuk tahun ini malah wartawan TV One, Yandri Subakti, meliput sholat jamaah Idul Adha kami di Jamaica,” kata Syamsi Ali kepada menitindonesia.com melalui WhatsApp, Rabu (21/07/2021), malam.
Dia juga menjelaskan, kapasitas gedung itu maksimal hanya memuat 80 ribuan, itupun dengan asumsi termasuk kursi-kursi tempat duduk yang mengelilingi lapangan. Dengan demikian, lapangan di tengah itu, maksimal memuat 20-30 ribu jamaah.
“Kita tentu senang jika jamaah besar. Tapi jangan dilebih-lebihkan dan jadinya kurang etis,” ujarnya.
Sesuai pengalaman di Jamaica Muslim Center, kata dia, dengan segala dinamika yang ada, maksimal yang hadir hanya 10.000-an, dengan asumsi setiap shof mencapai 250 orang lebih, dengan 40 shof ke belakangan jumlah jamaah hanya mencapai 10.000.
“Viralnya video seperti ini, menunjukkan jika umat bangsa kita selalu mengedepankan dan memupuk emosi. Baik itu untuk tujuan baik seperti ini. Atau bertujuan buruk untuk membangun amarah, emosi. Dan lebih disayangkan lagi, kerap dengan menyebarkan berita yang tidak akurat alias hoax,” terangnya.
Shamsi Ali menegaskan, perjuangan untuk sebuah kebaikan itu, termasuk perjuangan untuk Islam dan dakwah, tidak akan pernah sukses dan barokah jika tidak dilakukan dengan cara-cara yang juga baik dan benar.
Dia juga berharap, Islam semakin berkembang dan kuat di US. Sehingga pada masanya kekuatan Islam di Amerika tidak lagi sekedar diukur pada jumlah orang yang berkumpul di lapangan.
“Saya justeru memimpikan kekuatan umat di US itu bukan saja pada kwantitasnya. Tapi pada kwalitasnya sekaligus. Bahwa harapan kita jumlah umat semakin bertambah tentu ada. Tapi juga harapannya sekaligus semakin memiliki kwalitas dalam segala aspek kehidupan publik Amerika,” jelas Shamsi Ali.
Presiden Nusantara Foundation itu, juga mengemukakan, bahwa alasan penting kenapa anggota Komunitas Muslim di US terdorong berpartisipasi dalam ragam sektor kehidupan masyarakat.
“Mereka kita dorong jadi bisnisman, politisi, hakim, lawyer, Dokter, polisi, tentara. Bahkan sebagian warga kita dorong untuk menjadi anggota FBI dan CIA (badan Intelijen negara) Amerika. Semuanya bertujuan untuk menguatkan Komunitas (community empowerment) secara kwalitas. Dengan kwalitas itu umat akan semakin diakui (acknowledged) karena memiliki ‘makaanah’ (posisi) yang terhormat. Insya Allah!” pungkasnya. (roma)