FOTO: Pengamat Politik dan Pakar Komunikasi Unhas, Dr. Hasrullah, M.A.
menitindonesia, MAKASSAR – Koalisi Partai Politik di Sulsel masih dinamis menjelang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) pada November 2024 mendatang. Nama-nama para elit parpol yang digadang-gadang maju terus dimunculkan oleh para kader parpol masing-masing.
Pakar Komunikasi Politik Universitas Hasanuddin (Unhas), Dr. Hasrullah, M.A., mengatakan eskalasi politik pada Pilgub 2024 di Sulsel berbeda dengan Pilgub sebelum-sebelumnya. Menurut dia, king maker dalam penentuan siapa pemimpin Sulsel ke depan, yaitu para ketua-ketua parpol yang mengontrol langsung kursi di DPRD Provinsi.
“Yang jadi king maker di Pilgub Sulsel, sudah kelihatan Rusdi Massa atau RMS (ketua NasDem Sulsel), Andi Iwan Aras (Ketua Gerindra Sulsel), H. Ni’matullah Rahim Bone (Ketua Demokrat Sulsel), Ashabul Kahfi (PAN) dan Amir Uskara (PPP) dan Golkar (Taufan Pawe). PDI-P ada Danny Pomanto,” kata Hasrullah saat dihubungi jurnalis media ini, Rabu (24/4/2024).
Hasrullah menyebut, para elit parpol itu masing-masing memiliki akar politik yang kuat di struktur partainya masing-masing dan memiliki kapasitas untuk dimunculkan sebagai figur pemimpin.
“Kapasitas politik RMS, Andi Iwan Aras, Ni’matullah dan Danny untuk masuk dalam bursa Pilgub tidak ada yang perlu diragukan. Termasuk Ashabul Kahfi, Amir Uskara dan Taufan Pawe. Mereka mengendalikan struktur partainya masing-masing dan sangat dicintai oleh kader partainya,” katanya.
Menurut Hasrullah, hal ini bisa dibaca dari proses mereka ditempa di organisasi hingga mereka memimpin partai dan meniti karier politik, baik di eksekutif (bupati/wali kota) maupun di parlemen (DPR/DPR RI). “Jadi para ketua parpol ini sudah matang menjalankan strategi politik dan berpengalaman mengelolah pemerintahan, baik di eksekutif maupun di parlemen,” ujar dia.
Dosen senior Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Unhas itu melihat, bahwa NasDem, Gerindra, Demokrat, PDI-P dan Golkar punya keinginan kuat untuk mendorong kadernya bertarung di Pilgub Sulsel. Hasrullah mengaku mendengar suara-suara dari kader-kader parpol tersebut melalui ruang publik. Pada prinsipnya, ujar dia, kader parpol lebih mengunggulkan kader partainya masing-masing, baik kapasitas maupun aspek lain seperti financial, tak lagi menjadi kendala jika ingin bertarung di Pilgub.
Dinamika politik saat ini, lanjut Hasrullah, sangat sehat dalam mendorong proses kaderisasi kepemimpinan secara elegan melalui partai politik, sehingga ia menilai kontestasi Pilgub nanti, lebih dominan menjadi pertarungan ‘cantik’ para elit-elit parpol yang sudah matang di politik dan di pemerintahan.
“Bisa saja, para ketua parpol ini melakukan kesepakatan untuk berkoalisi, mendorong pemimpin yang ideal yang sesuai harapan publik. RMS, Andi Iwan Aras dan Ni’matullah itu bisa cair seketika dan sama-sama duduk memikirkan bagaimana bekerjasama mengelolah Sulsel menjadi lebih baik dan maju ke depan. Apalagi mereka punya pengaruh kuat di partainya masing-masing, baik ke atas maupun ke bawah,” ujarnya.
Munculkan Konsensus Politik
Selain itu, Hasrullah juga menyebut bahwa momentum Pilgub Sulsel 2024 ini menjadi pelajaran penting dalam sistim demokrasi yang berlangusng lebih dua dasawarsa ini, dengan adanya rekrutmen pemimpin yang benar, yakni menjadikan Pilkada ajang pertarungan politik calon-calon pemimpin yang memiliki kapasitas politik dan integritas sebagai kader parpol.
“Kalau mau jadi pemimpin, harus menjadi kader partai, mempersiapkan diri sejak awal melalui proses, baik di organisasi maupun di partai politik. Tidak ada lagi istilah pemimpin instan, seolah-olah parpol tidak punya kader yang bisa memimpin daerah,” katanya.
Lebih dari itu, Hasrullah yakin, akan muncul konsensus politik yang diinisiasi oleh para ketua-ketua parpol untuk menghadapi Pilgub sebelum mereka bertarung memperebutkan suara rakyat.
“Kalau para ketua parpol di Sulsel (NasDem, Gerindra, Golkar, Demokrat, PPP, PAN, PDIP, PKS dan PKB) mau duduk bersama memikirkan Sulsel yang baik ke depan, Sulsel bisa maju pesat. Siapapun yang memenangkan Pilkada, bisa bekerja sama untuk memajukan Sulsel, bukan memelihara konflik politik sektoral yang tidak mengungtungkan masyarakat,” ujarnya. (AE)