Gaya Koboi Menkeu Purbaya: Strategi Berani Selamatkan Ekonomi RI

Penulis: Koboi fiskal, tembak langsung masalah.
Oleh Akbar Endra
(pernah jadi Anggota Legislatif di Maros)
menitindonesia, OPINI – Media Singapura The Straits Times menyoroti gaya Menteri Keuangan RI, Purbaya Yudhi Sadewa, yang dijuluki cowboy style. Julukan ini muncul lantaran cara komunikasinya yang lugas, tanpa basa-basi, bahkan kadang dianggap “menembak” langsung ke inti masalah.
Awalnya, gaya itu menuai kritik. Banyak yang menilai Purbaya terlalu frontal dan berisiko memicu keresahan pasar. Namun, seperti koboi sejati, ia tidak ambil pusing. Fokusnya hanya satu: bekerja cepat untuk mencegah Indonesia jatuh ke jurang krisis.

Logika Ekonomi Sederhana, Tapi Tepat

Di tengah ketidakpastian global, pendekatan koboi justru menemukan momentumnya. Purbaya menerapkan strategi demand-side economics yang mirip dengan warisan John Maynard Keynes: ketika ekonomi melambat, negara harus hadir dengan belanja besar agar roda ekonomi berputar.
BACA JUGA:
Helikopter H225M Terbang di Monas, Sjafrie Sjamsoeddin Tegaskan Kemandirian Pertahanan Nasional
Di tengah kebuntuan dan jerita daerah — yang terpaksa menarget pendapatan dari sektor pajak — Purbaya mengeksekusi langkah konkrit: kredit perbankan dilonggarkan agar dunia usaha kembali bergerak, dana bagi hasil segera ditransfer ke daerah supaya pembangunan tidak tersendat, dan Rp200 triliun dari Bank Indonesia dialihkan ke bank komersial (Himbara) untuk memperkuat likuiditas.
“Kalau dana dikirim ke daerah, program berjalan dan uang beredar. Kalau pengusaha dapat modal, usaha bangkit, tenaga kerja terserap,” tegas Purbaya.
Kebijakan ini berbeda dengan pendahulunya, Sri Mulyani, yang lebih fokus pada fiscal consolidation lewat pajak dan utang. Purbaya mengambil jalur antitesis: memperbesar belanja dan menggerakkan sektor riil. Ini persis seperti strategi countercyclical policy yang diterapkan banyak negara pasca krisis 2008.

Perspektif Global dan Relevansi Teori

Ekonom dunia seperti Joseph Stiglitz (peraih Nobel Ekonomi) pernah menegaskan bahwa pada saat ekonomi melemah, “austerity is self-defeating” – penghematan justru memperdalam resesi. Sebaliknya, ekspansi fiskal bisa menciptakan efek pengganda (multiplier effect) yang menghidupkan kembali ekonomi.
BACA JUGA:
Taruna Ikrar: BPOM Bekerja dari Hulu, Memotong Mata Rantai Pasok Produk Ilegal
Hal yang sama pernah dilakukan Franklin D. Roosevelt lewat New Deal (1930-an), atau Amerika Serikat saat pandemi Covid-19 dengan stimulus ratusan miliar dolar. IMF juga mengingatkan, negara berkembang harus lebih berani dalam belanja produktif daripada terlalu terpaku pada defisit jangka pendek.
Dengan cara koboi ala Purbaya, Indonesia menunjukkan keberanian untuk mengambil risiko terukur: betting on growth ketika pasar masih ragu.
Tak bisa dipungkiri, gaya Purbaya menuai kontroversi. Namun, dalam teori ekonomi politik, krisis sering kali membutuhkan political will yang berani, seperti dikatakan Dani Rodrik (Harvard University), kebijakan ekonomi bukan hanya soal angka, tapi juga keberanian pemimpin untuk mengambil keputusan di saat kritis.
Julukan koboi bukan aib. Justru menjadi simbol bahwa Indonesia punya Menkeu yang siap “mengambil peluru” untuk menyelamatkan rakyat dari krisis.
Begitulah. Gaya koboi Purbaya adalah antitesis dari pendekatan konservatif. Ia membuktikan bahwa di tengah turbulensi global, yang dibutuhkan bukan basa-basi diplomatis, melainkan keberanian mengeksekusi langkah nyata.
“Biar dibilang koboi, yang penting saya kerja. Yang penting bangsa ini tidak jatuh ke krisis.” – Purbaya Yudhi Sadewa.