Oleh Aswar Hasan
Banyak handai taulan tidak tahu bahwa H. Zainal Tahir Dg. Ramma alias ZT (Al Marhum) adalah seorang aktifis Islam alias Kader Organisasi PII ( Pelajar Islam Indonesia). Beliau masuk PII sejak SMA dan mengikuti jenjang training dari LBT (leadership Basic Training) hingga Mental Training. Hanya saja, selepas training, ZT tidak terlibat kepengurusan atau aktif di setiap kegiatan PII. Tetapi, ZT telah dibaiat di PII dan telah dinyatakan sebagai kader yang mengemban misi izzul Islam wal muslimin.
Selepas dari pengkaderan PII, ZT kemudian fokus dalam kehidupan mahasiswa, dan setelah sarjana, langsung larut dalam karir/bisnis dan pergaulan sosial yang tidak kental dengan aroma aktifisme keislaman secara formalistik, meski pun masih kental dengan romantika aktifismenya, tapi tidak dalam aroma islamisme yang simbolistik.
Hingga akhirnya, ZT pergi keharibaan ilahi secara tak di sangka. Namun, sebelum kembali keharibaan Ilahi Rabbi, tampaknya almarhum ZT terlebih dahulu menegaskan dirinya telah kembali ke khittahnya. Demikian kesaksian salah seorang sahabatnya, Darlis Muhammad wartawan senior yang saat ini berdomisili di Palu, Sulawesi Tengah.
Darlis adalah teman serangkatan al marhum ZT di Mental Training PII organisasi kader yang didirikan oleh cendekiawan Aktifis Islam Yoesdi Ghazali , Anton Timur Jaelani, Amin Syahri dan Ibrahim Zarkasy, pada 4 Mei 1947 di Jogya.
Diantara tujuan didirikannya PII adalah untuk menjembatani dikhotomi pendidikan agama Islam dan pendidikan umum demi tercapainya kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan Islam.
Training PII mendidik setiap kadernya untuk bisa mandiri termasuk dalam berpendapat, dan berdebat dan mempertahankannya, serta berkomitmen terhadap aqidah Islam, mengedepankan akhlak karimah, punya visi keislaman yang kuat dan jelas, berpegang teguh pada nilai Tauhid, tetapi tidak lupa bertoleransi secara ramah, sesuai karakter Islam sebagai rahmatan lil Alamin. Setiap kader PII umumnya menonjol dalam 2 (dua) hal yaitu: komitmen dalam berislam sebagai way of life, dan piawai dalam berorganisasi sebagai keterampilan dalam bermasyarakat. Itulah sebabnya, setiap kader PII selalu menonjol dalam interaksi sosial, terlebih dalam politik. Salah satu sosok prototype kader PII adalah mantan wakil presiden periode 2004- 2009 dan 2014-2019 Jusuf Kalla.

Almarhum ZT adalah termasuk salah satu diantara kader PII yang tercelup oleh karakter nilai subtansi ke PII an. ZT masuk LBT (Leadership Basic Training) PII ketika masih di SLTA (SMA Sungguhminasa Gowa) dan lanjut ke tingkat Mental Training di Pinrang pada tahun 80 an. Sewaktu ZT ikut Mental Training, sebagian besar pesertanya sudah mahasiswa. Meski pun demikian, ZT termasuk peserta yang cukup percaya diri dan menonjol dalam setiap diskusi atau pun debat adu argumentasi.
Menurut Darlis Muhammad, performance ZT telah melampaui cara berpikir tingkat anak SMA sepantaran dirinya. Bacaannya sudah tinggi, selevel mahasiswa, sehingga nyambung dalam diskusi di training yang sangat dinamis, jelas Darlis yang saat itu sdh menjadi mahasiswa fisip Unhas. Bahkan, kata Darlis, kualitas wacana yang dilontarkan ZT sudah melampaui kualitas untuk tingkat anak SMU semacam dia. Bacaannya sudah sudah tingkat mahasiswa.
Sayangnya, selepas training ZT tidak lanjut aktif di kepengurusan PII atau di setiap kegiatan PII. Tetapi meski demikian dia sudah pernah berbaiat di PII, yang salah satu diantara isi baiatnya tersebut adalah insyaf akan tanggung jawab sebagai kader ummat. Sebagai kader PII, itu juga dapat berarti ZT adalah kader ummat, yang siap berbakti kapan dan dimana saja. Itulah sebabnya kader PII dikenal sebagai anak kandung umat Islam dan merupakan mata rantai perjuangan umat Islam.
Setinggi-tinggi bangau terbang, akhirnya ke pelimbahan juga. Pepata tersebut, tampaknya berlaku bagi ZT. Setelah melanglang buana ke sana kemari bergumul di kehidupan yang keras dengan dinamika kompetisi yang tinggi, akhirnya mendarat di tempat yang tampak membuatnya enjoyed lahir batin.

Dia begitu bangga sebagai salah satu direktur di Tawaf TV, sekaligus terlibat dalam setiap aktivitas DMI (Dewan Masjid Indonesia). Tawaf TV adalah sebuah media ummat yang menyajikan konten dakwah secara moderen dan moderat untuk kemajuan bangsa dan kemaslahatan negara. ZT hampir setiap hari men-share konten dakwah dari Tawaf TV atau DMI. Ia begitu enjoyed dan bangga melakoninya.
Suatu waktu, ia curhat ke saya sebagai salah seorang mentornya sewaktu training di PII. Ia bilang; “Kak Aswar, ini sahabatku, (tak perlu saya sebut namanya) komplain ke saya dan minta supaya berhenti men-share konten yang berbau Islam ke groupnya, karena di group tersebut tidak semuanya muslim. Tapi saya tidak peduli, karena inikan dakwah. Sampai-sampai hubungan saya kurang harmonis jadinya. Salahkah saya? Mohon penjelasan Kak Aswar”.
Lantas saya jawab, “yang penting, ZT memenuhi dua syarat, pertama, niatnya baik, kedua, konten yang dikirim tidak menghujat dan bukan Hoaks”.
Spontan ZT menjawab dengan gayanya, pastimi bukan Hoaks dan percaya saya Kak, niat saya semata untuk dakwah karena saya ini masih kader PII.
Kontan saya jawab; “Kalau begitu, lanjutkan”.
Tebukti, hingga akhir khayatnya ZT tak henti men-share konten Dakwah baik yang dari Tawaf TV lewat YouTube, atau pun konten Dewan Masjid. Bahkan, kebanggaannya tersebut semakin menjadi-jadi, ketika dia diminta untuk turut serta meramaikan masjid Sunda Kelapa. Itulah ZT Sosok yang percaya diri, dengan tingkat penetrasi yang tidak kenal menyerah.
Ketika sahabat-sahabatnya yang terdekat bersaksi, bahwa ZT selalu mengajak untuk sholat diawal waktu dan berusaha sholat berjamaah di mushallah Plaza Indonesia, tempatnya biasa kongkow- kongkow. Bahkan, ZT menjadi iman sholat agar dapat pahala jamaah.