Blak-Blakan, Danny Ungkap Jati Dirinya


Secara hukum asli orang Makassar – Danny mengingatkan orang-orang yang sering membullynya sebagai orang Gorontalo. Mengapa ia memakai brandit “Anak Lorongna Makassar”, karena ia ingin menegaskan jati dirinya yang sebenarnya.
menitindonesia.com, MAKASSAR – Mohammad Ramdhan Pomanto alias Danny Pomanto adalah sosok pemimpin yang terlalu mencintai kota Makassar, walau kedua orangtuanya berasal dari Gorontalo. “Memang Orangtua saya berasal dari Gorontalo, namun saya sendiri lahir dan besar di Kota Makassar. Malah ari-ari saya ditanam di kota ini,” ungkap suami Indhira Yusuf itu.
Mantan Walikota Makassar itu, ungkap secara gamblang proses awal dia maju sebagai calon Walikota periode 2014-2019, lalu, melalui Channal YouTube pada acara Podcast Rijal Djamal, Minggu (27/09) kemarin. Danny juga mengupas filosofi “Anak Lorongna Makassar”.

Danny Pomanto tak pernah menyangka awalnya akan jadi Walikota Makassar. Ia juga mengaku tak pernah memikirkan untuk maju. Awalnya dia mengaku didesak oleh sekelompok akademisi dan budayawan. Padahal, kata Danny, ia sudah tobat berpolitik karena pengalamannya di khianati di Gorontalo waktu dia didorong maju di sana.

Sebelumnya, Danny pernah maju sebagai Bakal Calon Gubernur Provinsi Gorontalo di Pilkada Gorontalo tahun 2011. Ia berpasangan dengan Sofyan Puhi. Pasangan Danny-Sofyan, ketika itu dibatalkan pencalonannya oleh KPU Provinsi Gorontalo.
Ketika didesak maju di Pilkada Makassar tahun 2013 oleh sekolompok akademisi, Danny bilang ini barang tidak masuk akal, bahkan ia mengaku sempat marah. Danny pun mengungkit pengalaman politiknya di Gorontalo ketika ia merasa dikhianati, dibully, sakit hati dan uang habis.
Namun, para akademisi dan budayawan itu terus mendesaknya. Danny luluh. Ia berpikir tasawuf: jangan-jangan desakan para akademisi itu justru panggilan Tuhan. Setelah melakukan kontemplasi, Danny pun akhirnya menerima tawaran itu.
Dalam wawancara melalui Podcas Rijal Djamal di channel YouTube, Danny menyampaikan kendalanya sebelum ia maju di Pilkada Makassar 2013, lalu. Melalui pertemuan khusus dengan sekelompok akademisi dan budayawan Makassar ketika itu, Danny bilang dia memang lahir di Makassar, tapi ayah dan ibunya asli Gorontalo, bukan asli Makassar.
Untuk membahas keraguan Danny, dia kumpulkan puluhan budayawan. Pun para budayawan menyimpulkan: Danny harus maju. Danny hanya menyebut dua nama budayawan kondang saat itu, yakni Ishak Ngeljaratan dan Udhin Palisuri. Keduanya sudah meninggal. Sedangkan nama-nama akademisi ia menolak menyebutkan karena mengingat situasi Pilkada. “Tidak etis saya menyebut nama-nama profesor itu, karena ini suasana Pilkada,” ujar Danny.
Nah, Danny melakukan survey sebelum menyatakan maju. Kata Danny, yang ingin diketahuinya melalui survey adalah yang paling jelek, yakni kekurangannya. Ia membalik logikanya, bukan mencari kelebihan dan keunggulan jika dia harus maju, tapi menemukan kekurangan dirinya.
Hasilnya, Danny dikenal sebagai sosok yang elitis dan bukan asli putra Makassar. Dia harus menjawab dua kelemahan dirinya itu.
Muncullah gagasan untuk membuat branding dirinya: “Anak Lorongna Makassar”. Dia berasal dari lorong, lahir di lorong (Gang) di Makassar, tumbuh dan besar di Lorong. Danny mengungkap dulu rumahnya berada di lorong sempit di Jalan Amirullah, Makassar.  Sebagai anak lorong, berarti Danny sudah menjawab kalau dia bukan sosok yang elitis.
Dengan brandit “Anak Lorongna Makassar”, Danny bilang dia sudah menjawab dua persepsi negatif yang dipotretnya lewat survei tersebut.
“Sebagai anak lorong – meskipun sempat ditertawai – secara filosofi mengambbarkan, bahwa dia lahir di Makassar dan pasti anak lorong itu tidak elitis.  Kata ‘Anak’ dalam branditnya itu, maknanya bahwa setiap orang pasti menyukai anak, karena anak memiliki kharisma kasih sayang,” ungkap Danny.
Terkait namnya Mohammad Ramdhan Pomanto, kata dia, terkesan nama yang kental Gorontalo, tidak terkesan Makassar. Bahkan, Danny bilang, ada yang mengusulkan agar nama Pomanto di belakang namanya dihilangkan saja karena asing dan kental kesannya sebagai orang Gorontalo.
Danny menolak usul tersebut. “Itu nama pemberian orang tua saya, biar matipun saya tidak akan hilangkan nama Pomanto di belakang nama saya, itu nama dari orang tua saya,” kata Danny tegas, ketika itu.
Akhirnya disepakati ia memakai brandit “DP Anak Lorongna Makassar“. Namanya disingkat DP (akronim Danny Pomanto).
Menurut Danny, orang Makassar itu adalah orang yang berbuat baik untuk Makassar. “Apa gunanya kalau dia lahir di Makassar dan orang tuanya di Makassar tapi dia tidak berbuat apa-apa untuk Makassar,” ujar Danny menyindir.
Ia menjelaskan bahwa yang dimaksud dalam hukum internasional, kata asli (putra daerah, ed) itu sebenarnya yang lahir. Ia mencontohkan Barrack Obama, mantan presiden USA. “Kenapa Obama bisa jadi Presiden Amerika padahal bapaknya dari Kenya? Ya, itu karena Obama lahir di Amerika. Beda kalau bapak-ibunya orang Amerika tapi dia lahir di Kenya, dia tidak bisa jadi presiden. Itu hukum internasional, hukum lahir namanya,” kata Danny.
Danny pun menyebut dirinya, secara hukum internasional dan secara hakikat (tasawuf), dia sebenarnya asli makassar: lahir di lorong di Makassar, ari-arinya di tanam di Makassar, tumbuh dan besar di Makassar, dan dia sudah berbuat untuk Makassar. “Saya sebenarnya asli Makassar secara hukum dan secara tasawuf,” ujar Danny. (andiesse)