Diskusi Bareng Koordinator FAK Sulawesi, Wabup Bulukumba: Politik dan Pemerintahan Harus Dikelolah Pakai Hati

Koordinator FAK Sulawesi Ahmad Mabbarani dan Wakil Bupati Bulukumba, H Andi Edy Manaf. (Foto: Ist)
menitindonesia, BULUKUMBA – Wakil Bupati Bulukumba, H Andi Edy Manaf, mengajak semua apratur sipil negara (ASN) di lingkup Pemerintah Kabubupaten (Pemkab) Bulukumba bekerja melayani masyarakat dengan hati.
“Bukan lagi zamannya ASN bekerja di belakang meja saja, tapi harus terjun langsung ke masyarakat, menemui warga. Kita akan tahu bagaimana warga kita berjuang mengatasi hidupnya dan bagaimana kita harus melayani mereka. Kita harus bekerja pakai hati, agar selalu ikhlas,” kata H Andi Edy Manaf saat ngobrol bareng bersama Koordinator Forum Anti Korupsi (FAK) Sulawesi, Ahmad Mabbarani, di Cafe Wow Bakery, Kota Bulukumba, Minggu (5/12/2021), kemarin.
Edy juga menuturkan kisah-kisahnya selama eksis dalam politik, bagaimana pengalamannya mengelolah manajemen politik partai yang sarat kepentingan, dan bagaimana ia harus berhadapan dengan berbagai pilihan politik yang membuatnya dilema.
Tahun 2015, saat itu Edy baru saja terpilih menjadi Anggota DPRD Sulsel. Setahun kemudian ia ditugaskan partainya maju di Pilkada 2015. Edy lalu mundur dari kursi DPRD yang baru saja didudukinya.
Setelah Pilkada usai, Pasangan Masykur Andi Sultan – Andi Edy Manaf kalah dari pasangan Sukri Andi Sappewali – Tomy Satria yang diusung Partai Geringdra dan Demokrat. Kalau itu, tak hanya kalah di Pilkada, namun Edy juga harus kehilangan jabatannya sebagai Anggota DPRD Sulsel.
Saat tak punya jabatan lagi, Edy menceritakan bagaimana ia berjuang dan memulai dari nol lagi. Para pendukungnya pun satu per satu meninggalkannya, karena ia bukan lagi siapa-siapa. Namun, kata Edy, dalam kondisi kalah dan kehilangan jabatan politik, ia tetap menjaga semangatnya agar tetap move on.
“Pilihan dan keputusan politik itu tidak pernah saya sesali. Justru saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga, bagaimana memelihara nilai persahabatan di politik. Ketika tak lagi memiliki jabatan, bahkan posisi Ketua DPD PAN Kabupaten Bulukumba, ketika itu, juga harus saya lepas,” ujar Edy.
Tanpa jabatan sekalipun, kata dia, kebiasaannya membantu warga tetap dilakukannya. Setiap ada acara kerabat, teman dan timnya waktu itu, tetap ia datangi.
“Pencapaian politik tingkat tinggi itu adalah bagaimana merawat hubungan dan selalu memberi manfaat, meskipun kita tidak merengkuh posisi jabatan. Sebaik-baik manusia, yakni selalu memberi manfaat kepada sesamanya,” ucap Edy.
Empat tahun jeda dari jabatan politik, Edy Manaf kembali bertarung pada Pemilu 2019 di Dapil V Kabupaten Bulukumba – Kabupaten Sinjai untuk memperebutkan kursi DPRD Provinsi Sulawesi Selatan.
Hasilnya, Edy Manaf kembali merebut satu kursi DPRD Sulsel malalui PAN dan dilantik menjadi Anggota DPRD Sulsel Periode 2019-2024.
Siklus politik Pilkada kembali bergulir tahun 2020. Edy Manaf pun terbawa masuk ke dalam pusaran kandidat Bupati Bulukumba yang digadang-gadang oleh PAN. Meskipun, awalnya, ujar Edy, ia menolak berpilkada, namun masyarakat dan partainya terus mendorongnya agar maju di Pilkada Bulukumba 2020.
“Sebelum mengambil keputusan, desakan ini saya konsultasikan ke Ibu mertua saya dan kepada Ulama yang saya tuakan di Bulukumba. Hasilnya saya diminta berserah diri ke Tuhan dengan melakukan shalat istikharah,” ucap Edy.
Akhirnya setelah mengikuti petujuk ulama dan ibu mertuanya, ujar Edy, dirinya pun memutuskan mundur kembali dari kursi DPRD Sulsel yang baru saja didudukinya. Edy kembali maju di Pilkada Bulukumba 2020 mendampingi Andi Muchtar Ali Yusuf.
“Alhamdulillah. Pilkada Bulukumba 2020 kami menangkan. Setelah dilantik, tugas saya membantu tugas-tugas bupati dan sekaligus berupaya membuat Pak Bupati nyaman bekerja membangun dan memajukan Bulukumba,” ujar Andi Edy Manaf.
Sementara itu, Koordinator FAK Sulawesi, Ahmad Mabbarani, mengapresiasi mental dan spiritual Andi Edy Manaf. Menurutnya, negeri ini membutuhkan pemimpin-pemimpin yang memiliki kecerdasan spiritualitas seperti Edy Manaf.
“Kalau Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah cerdas emosi dan cerdas spiritual, dijamin daerahnya akan maju dan tidak akan pernah ada perselisihan antara Bupati dan Wakil Bupati,” ujar Ahmad Mabbarani.
Selain itu, Ahmad juga mengingatkan, banyak kepala daerah di Indonesia hubungannya dengan wakilnya retak disebabkan perbuatan tim sukses yang banyak campur dalam urusan pemerintahan.
“Ada dua perbuatan tim sukses yang merusak pemerintahan, ikut campur dalam urusan pemerintahan dan menjadi pembisik kepala daerah dan wakil kepala daerah. Biasanya, bisikan-bisikan itu menghasut sehingga hubungan kepala daerah dan wakilnya retak,” ucapnya.
Lebih lanjut, Ahmad menambahkan, jika hubungan kepala daerah dan wakil kepala daerah retak, otomatis mengganggu roda pemerintahan, sebab hubungan tersebut, kata dia, akan berdampak kepada birokrasi dan masyarakat.
“Kalau seperti itu, yang rusak kepala daerah. Sebab potensi konflik di birokrasi terjadi karena konflik interest dan menyebabkan kasus-kasus korupsi terjadi sehingga banyak kepala daerah yang terpaksa mengenakan rompi KPK,” pungkas Ahmad Mabbarani. (andi ade zakaria)