menitindonesia, Sulsel – Menjadikan Provinsi Sulsel yang terdiri dari 24 Kabupaten dan Kota sebagai penghasil pisang terbesar di dunia tak semudah membalikkan telapak tangan. Tentu membutuhkan perjuangan yang cukup keras serta menyita waktu untuk meraih harapan yang hendak dicapai itu.
Dengan mengawali niat “Bismillah Allahu Akbar” Sosok Bahtiar Baharuddin yang mendapat amanah selaku Gubernur di daerah julukan Pintu Gerbang Indonesia Timur ini ingin meraih program yang telah dikemas nya itu tercapai tak hanya sebatas teori.
Terdiri dari 24 Daerah Kabupaten dan Kota di Sulsel dikunjungi dan langsung bergerak ke lapangan menggalakkan program budidaya yang dikemas nya itu dengan mengajak pemerintah daerah setempat serta warga. Meski situasi cuaca tiba-tiba berubah, panas kepanasan hujan kehujanan tak menyurutkan niatnya untuk berhenti sampai disitu.
Kendati begitu petualang dengan alam menyusuri desa yang harus melewati jalan terjal dan medan berlumpur dan berbatu tak membuat Bahtiar mengurungkan niatnya ke lokasi, ia terus berjalan kaki berjibaku melewati titian bambu demi meraih kesejahteraan memasyarakat melalui program pisang cavendish.
Empat bulan menjabat sebagai Pj Gubernur Sulsel, Bahtiar konsisten dalam menjalankan delapan program prioritasnya, khususnya di bidang ketahanan pangan. Budidaya pisang cavendish, sukun, dan nangka madu, diyakininya bisa menyelesaikan sejumlah persoalan di masyarakat. Mulai dari stunting, kemiskinan, hingga pengangguran.
Konsistensi dan komitmen ditunjukkan Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Kementrian Dalam Negeri ini, dengan turun ke desa-desa dan kelurahan, di 24 kabupaten kota se Sulsel. Ia bahkan mengunjungi desa terpencil, yang sangat sulit diakses dan tanpa jaringan telekomunikasi. Salah satunya, Desa Bontocani di Kabupaten Bone.
Bahtiar lebih banyak menghabiskan waktu kerjanya di daerah dibandingkan di Kota Makassar. Ia memberi contoh agar pejabat Pemprov Sulsel banyak turun ke lapangan dan bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Pada Kamis, (11/1/3024) Bahtiar yang baru saja menghadiri sejumlah kegiatan di Kabupaten Sidrap dan Wajo, tiba di Desa Ulaweng Riaja, Kecamatan Amali, Kabupaten Bone, untuk melakukan penanaman budidaya pisang Cavendish. Karena perjalanan yang cukup jauh, kegiatan tersebut diagendakan di sore hari.
Bahtiar dan rombongan tiba jelang Magrib. Di awal perjalanan menuju lokasi penanaman, Bahtiar menaiki dompeng. Kemudian berjalan kaki, melalui jalan tani dan jalan tanah sejauh 300 meter. Dengan penerangan yang terbatas, juga harus melewati titian dari bambu.
Setibanya, ia terkesima dengan tanaman pisang Cavendish yang sudah ditanam oleh Abdul Hafid Mappatoba bersama kelompok tani Tani Mitra Utama 1 di desa ini. Awalnya dari enam bibit yang dibeli online, kini jadi ribuan. Hamparan pohon pisang cavendish dan pisang lainnya begitu indah.
“Bapak Abdul Hafid ini adalah kepala sekolah dan penceramah juga. Wah, beliau paham Al Qur’an Surah Al Waqi’ah. Ayo kita tanam,” ucap Bahtiar sebelum penanaman pisang cavendish.
Selanjutnya dalam perjalanan pulang, kendaraan dompeng tadi tidak dapat memutar arah dan keluar dari jalan, meskipun petugas keamanan bersama warga telah mengusahakan. Bahtiar bersama Pj Bupati Bone kemudian memutuskan untuk berjalan kaki saja.
Sebelumnya di Bone, Bahtiar juga melakukan perjalanan jauh lewat darat untuk menggalakkan Program Ketahanan Pangan, melakukan penanaman pisang cavendish dan sukun di Desa Bonto Masunggu, Kecamatan Tellulimpoe.
Berbatasan langsung dengan Maros sebelah timur, Kabupaten Pangkep sebelah selatan dan Kabupaten Barru di sebelah barat dan utara. Dari Kota Makassar berjarak 78 km dan dari Kota Watampone (Kabupaten Bone) lebih jauh lagi 90 km. Desa ini memiliki keindahan alam yang luar biasa dengan banyak air terjun.
Namun di tengah perjalanan menemui jalan yang terputus dan belum selesai. Bahtiar bersama rombongan turun langsung mengangkut material batu agar jalan bisa dilalui. Penanaman juga dilakukan jelang Magrib dan baru bisa kembali dan sampai di jalan utama desa di malam hari.
“Kampung masyarakat kita di sini yang sangat terpencil. Kita melakukan perjalanan ini juga untuk mengetahui kondisi Sulsel yang luas sekali wilayahnya, dan potensi alamnya luar biasa sekali,” sebut Bahtiar saat itu. Berbagai jenis tanaman hortikultura digalakkannya. Bukan hanya pisang Cavendish, tetapi juga sukun, nangka, nanas, cabai, dan timun. (Ishak)