menitindonesia, MAKASSAR – Sejak zaman Orde Baru, Dr Hasrullah, M.A., dikenal sebagai pemikir dan penulis yang kritis. Ia adalah dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Unhas yang mengajarkan mata kuliah Teknik Komunikasi dan Teori Komunikasi Politik. Selain mengajar, Hasrullah juga rajin menulis artikel opini di media massa lokal maupun nasional. Pikiran-pikirannya sangat kritis menyoroti adanya penyalahgunaan wewenang yang merugikan kepentingan publik dan negara.
Hasrullah, lahir di Donggala pada 7 Maret 1962. Anak pertama dari tujuh bersaudara, pasangan Hasbullah dan Hasnah. Ia menikah dengan Aeni Gassing dan dikarunia empat anak: Fatimah Nirwana, Achmad Firdaus, Excelsia Ramadhany, dan Hary Darmawan.
Ia pernah menceritakan, di awal kariernya, Hasrullah banyak ditempa oleh pamannya, Mayjen Purn TNI Idris Gassing (almarhum). Ia juga sering berdiskusi panjang soal politik dengan mantan Wadanjen Kopassus itu.
Oleh mahasiswanya di Fisip Unhas, ia akrab disapa Kak Ulla. Ia menulis buku, sebanyak 15 judul telah diterbitkan. Beberapa bukunya sangat populer dan sempat menjadi best seller, Opium Politik & Dramaturgi (2014), Kontestasi Wacana dan Retorika Politik (2010), Kritik Adalah anugerah (2014), Beragam Perspektif Ilmu Komunikasi (2013), Pertarungan Elit Dalam Bingkai Media (2010) dan buku tentang Konflik di Poso yang diberi judul Dendam Konflik Poso (2019).
Hasrullah menyelesaikan pendidikan doktornya (S3) di Universitas Indonesia pada 2007. Ia tak sekadar mengajar dan menulis. Hasrullah juga menelurkan sejumlah gagasan dan menginspirasi. Ia mencetuskan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kebangsaan, misalnya. Sebuah kegiatan pengabdian kampus kepada masyarakat yang kini menjadi program nasional yang didrive oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Keputusan Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Hasrullah diberi amanah menjadi ketua program pengembangan KKN Kebangsaan tersebut. Amanah itu bukan tanpa dasar. Ketika memimpin UPT KKN Universitas Hasanuddin selama 2 periode (2011-2019), Hasrullah memang bergerak out of the box. Melangkah dengan ayunan berbeda.
Destinasi KKN bukan saja lintas lembaga, lintas pulau, dan lintas daratan Nusantara, tapi juga lintas negara. Pada 2017, misalnya, dia menggagas KKN Internasional Napak Tilas Syekh Yusuf di Cape Town Afrika Selatan.
Selain ke Afrika Selatan, KKN Internasional juga dilaksanakan di dua universitas di Malaysia, yakni, Universitas Utara Malaysia di Kedah dan Universitas Kebangsaan Malaysia. Selain itu juga ke Jepang melalui program Six University Initiative Japan Indonesia (SUIJI) yang merupakan konsorsium antara tiga perguruan tinggi di Jepang (Ehime University, Kagawa University, dan Kochi University) dan tiga perguruan tinggi di Indonesia (Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Hasanudin).
Di Dalam negeri, Hasrullah menggagas pelaksanaan KKN di Miangas, pulau terluar yang letaknya di perbatasan Indonesia dengan Filipina. Wilayahnya berada di Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.
Juga di Pulau Sebatik, wilayah yang disebut garda terdepan Indonesia di utara Kalimantan yang berbatasan dengan Malaysia. Ia mengirim mahasiswa ber-KKN di Asmat, sebagai bentuk dedikasi di tanah Papua. Dan beberapa wilayah lain di Indonesia.
Selain itu, dibuat pula KKN tematik di Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK), lembaga antirasuah yang dibentuk pada 2002. Juga KKN tematik di Mahkamah Konstitusi. Lalu membuat KKN dengan kerja sama Kementerian Sosial, Kementerian PU, Mabes TNI AD, dan Kodam VII Wirabuana/Kodam XIV Hasanuddin.
Saat ditemui jurnalis media ini, di Kampus Unhas, mengatakan keinginannya: ingin merekam momentum bersejarah dalam perjalanan anak-anak bangsa dalam pengabdian kepada masyarakat itu.
‘”Dari satu pulau ke pulau lain, dari satu daratan ke daratan lain. Dari Sabang sampai Merauke. Dari Indonesia melintas pulau. Merekam lewat sebuah buku berjudul: Mozaik KKN Kebangsaan,” kata dia saat ditemui di Kampus Unhas, Rabu (24/4/2024), pekan lalu.
Tak hanya itu, Hasrullah juga sering didapukmenjadi pengamat politik nasional yang diminta media nasional, misalnnya CNN, Kompas Tv, Metro Tv dan lain-lain. Terkait Pilpres 2024, Hasrullah menginspirasi para elit politik untuk menampilkan pentas demokrasi yang berakhir happy ending.
“Dimulai dengan pertarungan visi-misi yang sengit, pemilihan langsung oleh rakyat, hingga pemenang ditetapkan dan secara hukum sah. Yang menang tidak jumawa, yang kalah bersikap sportif, memberi selamat kepada yang menang. Ini sesungguhnya yang diharapkan oleh rakyat, ingin melihat pemimpinnya akur dan baik hati. Jadi kalau mau jadi pemimpin, jadilah orang baik dan selalu ikhlas,” ujarnya. (AE)