menitindonesia, JAKARTA – Tanggal 14 Juni tak sekadar menandai momen peringatan Hari Donor Darah Sedunia, tetapi juga menjadi hari kelahiran seorang tokoh revolusioner dunia: Ernesto “Che” Guevara. Lahir di Rosario, Argentina, pada 14 Juni 1928, sosok Che terus hidup dalam ingatan kolektif sebagai simbol perjuangan melawan penindasan, meski sosoknya tetap menjadi figur yang kontroversial hingga kini.
Dokter yang Menemukan Jalan Revolusi
Ernesto Guevara awalnya menempuh jalur yang tak banyak diasosiasikan dengan perang dan senjata. Ia adalah lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Buenos Aires. Namun perjalanan panjang yang ia lakukan keliling Amerika Latin di awal 1950-an mengubah segalanya.
Lewat catatan perjalanannya yang dikenal luas dalam buku The Motorcycle Diaries, Che menyaksikan ketimpangan sosial, eksploitasi buruh, dan kemiskinan struktural di berbagai wilayah. Pengalaman ini membentuk pandangannya bahwa perubahan radikal hanya bisa dicapai melalui revolusi.
BACA JUGA:
Ketum GAN Burhanuddin: Prabowo Selamatkan Hakim dari Jebakan Uang dan Mafia Peradilan
Pertemuan dengan Fidel Castro dan Revolusi Kuba
Pertemuan Che dengan Fidel Castro pada tahun 1955 di Meksiko menjadi titik balik paling penting dalam hidupnya. Ia bergabung dalam gerakan 26 Juli untuk menggulingkan rezim diktator Fulgencio Batista di Kuba. Bersama para gerilyawan, Che mendaki hutan-hutan Pegunungan Sierra Maestra dan memimpin sejumlah pertempuran kunci yang akhirnya mengantar kemenangan Revolusi Kuba pada 1959.
Di pemerintahan Kuba yang baru, Che menjabat sebagai Menteri Industri dan Presiden Bank Sentral. Namun di balik pos-pos strategis itu, ia tetap dikenal sebagai pemikir revolusioner yang tak pernah lelah mendorong perlawanan global terhadap imperialisme.
BACA JUGA:
Dari Wallacea hingga Kolonialisme: Sejarah, Identitas, dan Asal-usul Nama Sulawesi