Sosok Kepala BPOM RI Taruna Ikrar Jadi Ilmuwan Paling Berpengaruh Berdasarkan Sinta Kemendikbud Ristek

FOTO: Kepala BPOM RI, Prof dr H. Taruna Ikrar, M.Biomed, Ph.D.. Dikenal juga sebagai ilmuwan dunia di bidang ilmu neorubiologi. (ist)

menitindonesia, JAKARTA – Setelah resmi dilantik oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjabat Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, Prof. dr. H. Taruna Ikrar, M.Pharm., M.Biomed., Ph.D, pada 19 Agustus 2024, lalu di Istana Negara, kini ilmuwan di bidang farmasi ini, mendapat predikat top 1% berpengaruh dari 6.000 ilmuwan bergelar Profesor, 45.000 ilmuwan bergelar Doktor, dan 250.600 dosen yang terdaftar di Sinta Kemendeikbud.
BACA JUGA:
Tingkatkan Daya Saing Produk Farmasi dan Pangan Indonesia, Kepala BPOM RI Taruna Ikrar Dorong Kerjasama dengan KBRI Jepang
Parameter yang digunakan adalah jumlah sitasi, jumlah karya ilmiah yang terindeks di SCOPUS dan Google Scholar, H-Index, dan jumlah karya berdasarkan Q1, Q2, Q3, Q4. Termasuk dengan 5 judul karya Taruna terpublikasi di Nature (Nature Journal merupakan Journal Ilmiah yang tertinggi Sitasinya dan paling tinggi reputasinya di Dunia)
Berdasarkan kalkulasi tersebut, salah satu profesor dan dokter ternama di Indonesia, yakni Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Biomed, PhD masuk pada ilmuwan Top 1% tersebut dan menempati peringkat rangking #1.
Sinta itu sendiri adalah indeks Sains dan Teknologi milik Kemendikbud Ristek Dikti yang memberikan akses pada sitasi pada keahlian-keahlian di Indonesia. Akses ini berbasis web yang dapat diakses dengan cepat, mudah, dan komprehensif untuk mengukur kinerja peneliti, institusi, dan jurnal di Indonesia.
BACA JUGA:
Kepala BPOM RI Prof Taruna Sebut Layanan Kesehatan di Indonesia Tidak Maksimal Karena Harga Obat Mahal
BACA JUGA:
Prof Taruna Ikrar, Ilmuwan Dunia Yang Dilantik Jokowi Jabat Kepala BPOM
Berdasarkan laman resmi Sinta Kemendikbud, Taruna menduduki peringkat pertama pada afiliasi dan merupakan peringkat 1 pada ranking 3 tahun afiliasi. Peringkat ini ditentukan oleh publikasi yang terindeks Scopus beserta sitasi Scopus dan Google Scholar.
Tercatat bahwa Taruna telah secara rutin melakukan penelitian yang dipublikasi dan terindeks Scopus sejak tahun 2006. Sedangkan sitasi Google Scholar tercatat sejak tahun 2007 yang mana sitasi paling tinggi berada pada tahun 2021 dengan total 187 sitasi.
Namun, secara keseluruham, penelitian dan jurnal yang telah dilakukan Taruna dan yang telah terindeks telah disitasi sebanyak 1.262 kali melalui Scopus dan 1.740 kali melalui Google Scholar. Sedangkan H-Index Taruna yang tertera pada laman Sinta Kemendikbud menunjukkan angka 17 dari Scopus dan 23 dari Google Scholar. H-Index itu sendiri merupakan indeks yang mengukur produktivitas dan dampak dari karya atau hasil penelitian seorang ilmuwan.
Tidak banyak ilmuwan Indonesia yang bisa mencapai prestasi tersebut. Capaian tersebut wajib diapresiasi oleh Bangsa Indonesia untuk menjadi rujukan dan Motivasi bagi para kaum terdidik dan peneliti di Negeri ini.
(AE)