Prahara di Kampus UIN Alauddin: Ketegasan Diuji di Tengah Skandal Uang Palsu


menitindonesia, MAKASSAR – Pagi yang biasanya tenang di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar mendadak gempar. Berita tentang penangkapan seorang oknum pegawai kampus yang diduga terlibat sindikat peredaran uang palsu menyebar dengan cepat.
Dunia pendidikan kembali dihadapkan pada kenyataan pahit: ada oknum di dalamnya yang mencoreng nama baik institusi.
Bagi Prof. Hamdan Juhannis, Rektor UIN Alauddin, kabar ini bukan hanya mengejutkan, tetapi juga menjadi ujian besar dalam menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kampus yang dipimpinnya.
“Kami masih menunggu informasi resmi dari kepolisian. Namun, jika terbukti bersalah, kami akan mengambil langkah tegas terhadap pelaku,” ujar Prof. Hamdan dengan suara penuh ketegasan, Sabtu (14/12/2024).
Ia tampak berusaha menenangkan situasi, tetapi tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Menurutnya, tindakan oknum tersebut sama sekali tidak mencerminkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh kampus. “Ini murni ulah oknum,” tegasnya.

BACA JUGA:
Polisi Bongkar Sindikat Uang Palsu di Kampus UIN Alauddin Makassar

Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari kepolisian mengenai detail kasus ini. Prof. Hamdan mengakui, pihaknya juga belum mendapatkan laporan formal mengenai berapa orang yang terlibat atau posisi jabatan mereka. Namun, satu hal yang pasti, kasus ini telah menjadi perhatian serius bagi pihak kampus.
“Kami tidak akan mentoleransi pelanggaran hukum apa pun. Institusi ini berdiri di atas nilai-nilai integritas, dan itu harus ditegakkan,” tambahnya.
Sikap tegas ini menjadi pesan penting, terutama bagi civitas akademika UIN Alauddin. Namun, di sisi lain, kasus ini juga menyisakan pertanyaan besar: bagaimana bisa oknum di lingkungan pendidikan tinggi terjerat dalam kejahatan semacam ini?
Kasus peredaran uang palsu yang melibatkan pegawai kampus bukan hanya mencoreng nama baik UIN Alauddin, tetapi juga mencederai citra dunia pendidikan secara keseluruhan. Sebagai lembaga yang seharusnya menjadi teladan integritas, kampus kini berada dalam sorotan tajam.
“Kasus ini sungguh mengagetkan. Dunia pendidikan yang mestinya menjadi tempat menanamkan kejujuran justru dirusak oleh ulah segelintir orang,” ujar seorang dosen yang enggan disebutkan namanya.
Sementara itu, mahasiswa di kampus tersebut juga merasakan dampak dari kabar ini. “Kami malu, tapi kami juga berharap pelaku dihukum seberat-beratnya. Ini tidak bisa dibiarkan,” ujar seorang mahasiswa Fakultas Tarbiyah.
Bagi Prof. Hamdan, kasus ini menjadi pengingat bahwa institusi pendidikan harus terus memperkuat pengawasan internal. Ia berjanji akan mendukung penuh proses hukum dan mengambil langkah disipliner jika terbukti ada pelanggaran.
“Kami ingin menegaskan, pelaku tidak mewakili institusi. Ini adalah tindakan individu, dan kami tidak akan membiarkan hal ini mencoreng nama baik kampus,” tutupnya.
Skandal ini menjadi pelajaran berharga bagi dunia pendidikan, bahwa integritas harus ditegakkan tidak hanya di ruang kelas, tetapi juga di semua lini kehidupan kampus. Kini, semua mata tertuju pada langkah tegas yang akan diambil, baik oleh pihak kampus maupun penegak hukum. Dunia pendidikan harus bangkit dari noda ini, mengembalikan kepercayaan yang sempat goyah.