FOTO: Akbar Endra, suara kritis di persimpangan politik, ekonomi, dan demokrasi. (ist)
Oleh: Asrul Nurdin (Jurnalis)
menitindonesia – DI TENGAH hiruk-pikuk wacana politik dan ekonomi Indonesia, nama Akbar Endra muncul sebagai salah satu penulis opini yang kerap menyuarakan pandangan kritis dan analitis. Lewat tulisannya, ia membedah realitas sosial dan politik dengan pendekatan yang tajam, sering kali melawan arus dominan. Tidak hanya sebagai jurnalis dan penulis opini, Akbar Endra juga memiliki jejak sebagai seorang intelektual publik dan aktivis yang peduli terhadap arah demokrasi dan kebijakan ekonomi di Indonesia.
Dari Pena ke Panggung Opini
Akbar Endra dikenal aktif menulis opini di Menit Indonesia, sebuah media independen yang memberinya ruang untuk menyampaikan analisis mendalam terkait isu-isu nasional. Tulisannya mencakup berbagai topik, mulai dari politik, kebijakan ekonomi, supremasi hukum, hingga kontroversi proyek pembangunan skala besar seperti PIK 2.
Dalam berbagai opininya, ia kerap mengangkat hubungan kekuasaan antara elite politik dan oligarki ekonomi, serta dampaknya terhadap demokrasi dan kesejahteraan rakyat. Tulisannya tentang 100 hari kepemimpinan Prabowo, misalnya, mempertanyakan apakah janji pemberantasan korupsi benar-benar direalisasikan atau cukup hanya retorika politik. Sikap kritisnya juga terlihat dalam analisanya terhadap impor singkong dan kebijakan LPG 3 kg, di mana ia menyoroti dampak negatif bagi rakyat kecil.
Intelektual Publik yang Memandang Demokrasi dengan Kritis
Akbar Endra tidak hanya mengamati politik, ia juga seorang intelektual publik yang menilai demokrasi Indonesia secara realistis. Dalam tulisannya, ia mengakui bahwa demokrasi di Indonesia masih menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal akuntabilitas dan transparansi. Akbar sering menyoroti bagaimana kekuasaan bisa dikendalikan oleh segelintir elite, sehingga keputusan politik tidak selalu berpihak pada kepentingan rakyat banyak.
Namun, ia tidak terjebak dalam pesimisme. Tulisannya lebih cenderung menawarkan analisis mendalam dibanding kritik tanpa solusi, menunjukkan bahwa ia memahami kompleksitas dinamika politik dan ekonomi yang sedang berlangsung.
Kritik terhadap Oligarki dan Kebijakan Ekonomi
Sebagai seorang penulis opini, Akbar Endra banyak membahas bagaimana kebijakan ekonomi beririsan dengan kepentingan politik dan bisnis besar. Dalam artikelnya tentang Aguan dan PIK 2, ia mengulas bagaimana proyek ini menjadi bagian dari strategi pembangunan nasional, tetapi juga menimbulkan kontroversi terkait dampak sosial dan lingkungan.
Sikapnya terhadap oligarki tidak sepenuhnya konfrontatif, tetapi lebih kepada analisis objektif tentang bagaimana kekuatan bisnis besar beroperasi dalam sistem ekonomi Indonesia. Hal ini terlihat dalam artikelnya yang membahas Sugianto Kusuma (Aguan) sebagai pengusaha visioner, namun juga dalam konteks bagaimana proyeknya menimbulkan dampak luas bagi masyarakat.
Dari Aktivis Mahasiswa ke Jurnalis Kritis
Akbar Endra mengawali kiprahnya sebagai aktivis mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas). Di era Reformasi 1998, ia dikenal sebagai salah satu pentolan aktivis 98 di Makassar, terlibat dalam berbagai aksi demonstrasi yang menuntut perubahan politik di Indonesia.
Setelah reformasi bergulir, Akbar tidak berhenti berjuang. Ia memilih jalur jurnalisme sebagai sarana untuk terus menyuarakan perubahan. Pada tahun 1998, ia mendirikan Tabloid Aliansi, sebuah media yang dikenal kritis dan tajam dalam memberitakan berbagai isu politik dan sosial. Selama satu dekade (1998-2008), tabloid ini menjadi saluran informasi bagi masyarakat yang haus akan pemberitaan independen di tengah transisi demokrasi Indonesia.
Dari Parlemen Kembali ke Dunia Jurnalistik
Pada Pemilu 2009, Akbar Endra memutuskan untuk terjun ke dunia politik dan berhasil terpilih sebagai anggota DPRD Maros. Ia menjabat selama dua periode (2009-2014 dan 2014-2019), di mana ia dikenal sebagai legislator yang vokal dan kerap mengkritisi kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat.
Namun, setelah dua periode di parlemen, Akbar kembali ke dunia yang membesarkannya: jurnalistik. Ia mendirikan portal berita online Menit Indonesia (menitindonesia.com) dan menjabat sebagai redaktur khusus serta penulis opini utama. Tidak hanya itu, ia juga terjun langsung ke lapangan untuk melakukan investigatif reporting serta menulis berita ekonomi, politik, dan sosial budaya.
Menulis dengan Nurani, Menganalisis dengan Akal Sehat
Di era di mana informasi sering kali terdistorsi oleh kepentingan politik dan ekonomi, suara seperti Akbar Endra menjadi penting dalam menjaga keseimbangan wacana publik. Ia menulis bukan untuk kepentingan popularitas, tetapi juga berupaya membuka diskusi yang lebih luas tentang ke mana arah bangsa ini bergerak.
Dari kritik terhadap kebijakan ekonomi yang tidak berpihak kepada rakyat kecil hingga analisis tentang dinamika kekuasaan di puncak politik, Akbar Endra menunjukkan bahwa menjadi intelektual publik, tak perlu berbicara keras, tetapi juga berpikir tajam dan bertanggung jawab dalam menyampaikan opini.
Dengan rekam jejaknya sebagai penulis opini yang tajam dan berintegritas, Akbar Endra terus menjadi salah satu suara yang patut diperhitungkan dalam diskursus politik dan ekonomi Indonesia.
Berikut adalah daftar artikel opini yang ditulis oleh Akbar Endra di situs Menit Indonesia (menitindonesia.com):
1. “Prabowo Bukan Pemimpin Boneka: Strategi Politiknya Kian Matang” (6 Februari 2025): Akbar Endra membahas kekecewaan Megawati Soekarnoputri terhadap Joko Widodo dan mengulas strategi politik Prabowo Subianto yang semakin matang.
2. “OPINI: Bahlil Bermain Api! Kontroversi LPG 3 Kg Bisa Berujung Reshuffle?” (5 Februari 2025): Artikel ini mengkritisi kebijakan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia terkait distribusi LPG 3 kg yang dinilai menyulitkan rakyat kecil dan berpotensi menimbulkan kegaduhan politik.
3. “Never Give Up, Dewie Yasin Limpo: Perempuan Tangguh di Pusaran Politik dan Perjuangan” (31 Januari 2025): Akbar Endra menceritakan perkenalannya dengan Dewie Yasin Limpo pada tahun 1996 dan menggambarkan sosoknya sebagai tokoh perempuan Sulawesi Selatan yang disegani.
4. “OPINI: Impor Singkong Melonjak, Ancaman Nyata Bagi Petani Lokal dan Respons Menteri Pertanian” (26 Januari 2025): Artikel ini menyoroti peningkatan impor singkong yang mencapai sembilan kali lipat dan dampaknya terhadap petani lokal, serta respons Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman terhadap situasi tersebut.
5. “Evaluasi 100 Hari Prabowo: Korupsi Disikat atau Masih Mandek” (23 Januari 2025): Dalam artikel ini, Akbar Endra mengevaluasi seratus hari pertama pemerintahan Prabowo Subianto dan mempertanyakan komitmennya dalam memberantas korupsi.
6. “Opini: Erick Thohir dan Transformasi PSSI, Menjawab Tantangan Sepak Bola Nasional” (11 Januari 2025): Artikel ini membahas penunjukan Patrick Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia dan upaya Erick Thohir dalam mentransformasi PSSI.
7. “Opini: Konflik di PIK, Jawara Banten, dan Ketegasan Hukum yang Dipertaruhkan” (10 Januari 2025): Akbar Endra menyoroti bentrokan di Pantai Indah Kapuk (PIK) dan menekankan pentingnya supremasi hukum serta kepercayaan masyarakat terhadap penegakan aturan. (*)