Lima Sosok Menguat di Musda Golkar Sulsel, Nama TP Disebut NH Tak Lagi Masuk!

Eks Bupati Gowa, Adnan Purichta YL bersilaturahmi dengan tokoh Golkar, Nurdin Halid di momen lebaran. (ist)

menitindonesia, MAKASSAR – Jelang Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Sulawesi Selatan, dinamika politik di internal partai mulai menghangat. Lima nama disebut sebagai kandidat kuat untuk memimpin DPD I Golkar Sulsel, sementara nama petahana, Taufan Pawe (TP), tidak masuk dalam daftar unggulan.
Lima sosok yang disebut oleh tokoh senior Golkar, Nurdin Halid (NH), adalah Bupati Barru Andi Ina Kartika Sari, Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin, mantan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin, mantan Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan, dan mantan Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani.
“Taufan? Tanya DPD II-nya,” ujar Nurdin Halid singkat, memberikan sinyal bahwa posisi Taufan Pawe bergantung pada dukungan dari kader di tingkat daerah.
Sementara itu, manuver politik di internal Golkar semakin intensif. Beberapa kandidat terlihat melakukan pertemuan dengan Nurdin Halid, yang dianggap memiliki pengaruh besar dalam menentukan arah dukungan.

BACA JUGA:
Jelang Musda Golkar Sulsel, Sejumlah Nama Menguat di Bursa Calon Ketua

Adnan Purichta Ichsan mengunjungi NH di kediamannya, sementara Andi Ina menerima kunjungan di Barru. Ilham Arief Sirajuddin juga bertemu NH pada hari pertama Idul fitri.
“Adinda Adnan datang bersilaturahmi meminta dukungan untuk maju sebagai calon Ketua Golkar Sulsel. Sebagai senior, saya mendukung niat Adinda Adnan untuk memimpin dan membesarkan Partai Golkar,” ungkap Nurdin Halid saat menerima kunjungan Adnan beberapa waktu lalu.
Dari lima nama yang menguat, dua di antaranya adalah perempuan. Jika Andi Ina atau Indah Putri Indriani terpilih, maka Golkar Sulsel akan mencatat sejarah baru dengan kepemimpinan perempuan untuk pertama kalinya.
Taufan Pawe sendiri menyatakan siap menghadapi Musda kapan pun digelar, namun hingga kini dukungan terhadapnya masih belum terlihat jelas. Musda Golkar Sulsel akan menjadi ajang penentuan apakah sang petahana masih bisa bertahan atau harus menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada figur baru.