Once Mekel: Saya Diam-Diam Dukung Aksi Reformasi Mahasiswa, Termasuk AMPD di Mimbar Bebas

Once Mekel, Akbar Endra, Hasbi Lodang, Anno Suparno, dan Lina santai di Mayosi Cafe BSD, menikmati nasi kuning khas malam Minggu sambil diskusi hangat soal demokrasi, musik, dan masa depan bangsa.

  • Once Mekel kenang masa 1998 saat aktivis AMPD orasi di Mimbar Bebas Demokrasi PDI Pro Mega. Ia diam-diam memberi dukungan dari balik dunia riset LIPI sebelum masuk musik. Kini, Once ingin negara kuatkan riset sebagai kunci kebangsaan.
menitindonesia, JAKARTA – Malam itu bukan reuni biasa. Ini adalah pertemuan antara dua generasi pejuang dalam dua ranah berbeda: panggung musik dan medan aksi mahasiswa. Once Mekel duduk berdampingan dengan beberapa tokoh lama gerakan reformasi 1998, termasuk mereka yang pernah memimpin Aliansi Mahasiswa Pro Demokrasi (AMPD)—sebuah wadah penting yang lahir dari tuntutan zaman. Akbar Endra, Hasbi Lodang, Anno Suparno dan Lina. Mereka tokoh AMPD yang dikenal keras saat itu. Akbar dan Hasbi pernah menjadi koordinator gerakan tersebut.
BACA JUGA:
Gandeng Tiga Kementerian, DMI Dorong Revitalisasi Peran Masjid
Malam minggu, di sebuah sudut diskusi hangat, Once Mekel mengenang sebuah babak penting dalam sejarah hidupnya—dan sejarah bangsa.
“Saya ingat betul, aktivis AMPD pernah orasi di Mimbar Bebas Demokrasi di markas PDI Pro Mega sebelum Kudatuli. Saat itu saya masih kerja di LIPI. Tapi diam-diam, saya support,” ujar Once, mengenang masa 1998 yang penuh gejolak bersama Akbar, Hasbi dan Anno di Mayosi Cafe dan Eatery, di BSD, Serpong, Sabtu (17/5/2025), malam.
IMG 20250518 WA0001 11zon 1
Karikatur Berita
Di tahun-tahun itu, Once memang belum jadi vokalis band besar. Ia justru berkutat dengan proyek penelitian di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). “Saya mengerjakan kajian soal sosial-politik waktu itu, dan di luar jam kerja, saya mengikuti dinamika mahasiswa. Diam-diam saya kagum pada mereka yang turun langsung ke jalan,” lanjutnya.
BACA JUGA:
Tragis! Lahan Dibeli, Janji Dilanggar: Ni Made Sami Lawan Ketidakadilan di Balik Proyek Smelter PT SEI
Salah satu nama yang ia soroti adalah Akbar Endra dan Hasbi Lodang, aktivis mahasiswa Makassar yang kala itu mencuri perhatian dengan keberaniannya berorasi di pusat-pusat perlawanan. Mimbar Bebas di PDI Pro Mega menjadi salah satu panggungnya, hingga akhirnya ia harus berhadapan dengan masalah hukum akibat aktivitasnya.
“Saya tahu Bro Akbar, Hasbi dan Bro Anno menghadapi tekanan, bahkan kasus hukum setelah reformasi. Tapi justru itu yang membuat saya sangat menghormatinya. Demokrasi butuh nyali dan pengorbanan, aktivis itu asset emas dalam demokrasi,” kata Once.

Dorong Negara Mendanai Riset dan Kesenian

Kini, puluhan tahun berselang, Once dan ketiga aktivis AMPD itu bertemu dalam suasana yang lebih tenang. Tak lagi di medan demonstrasi, tapi di meja kopi sambil diskusi yang membicarakan masa depan kebangsaan.
“Dulu saya ke jalan lewat riset dan musik, sekarang saya ingin memperjuangkan negara yang mendanai riset ilmiah dengan serius. Kita tak bisa terus mengabaikan pengetahuan,” tegas Once.
Selain itu, dia juga mendorong agar setiap daerah memiliki Gedung Kesenian atau Rumah Budaya yang dibiayai dari APBN sharing dengan anggaran daerah. “Ini penting, agar kita tetap memlihara dan menumbuhkan kesenian di tengah kehidupan berbangsa,” katanya.
Menurut Once, banyak potensi bangsa yang bisa digali lewat penelitian yang jujur dan serius. Bahkan, solusi atas berbagai krisis kebangsaan bisa ditemukan bila negara serius membiayai riset.
“Kita sering ribut di permukaan. Tapi akar masalahnya tidak pernah kita teliti secara tuntas. Itu yang ingin saya dorong hari ini: negara harus hadir lewat riset,” ujar Once penuh keyakinan.
Diskusi malam itu, antara mantan aktivis dan eks peneliti yang kini jadi seniman besar dan Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan itu, menjadi ruang refleksi atas perjalanan bangsa. Mungkin dulu mereka menempuh jalan berbeda, tapi kini mereka sepakat: negeri ini perlu keberanian, integritas, dan ilmu pengetahuan untuk diselamatkan.
Dan seperti yang dikatakan Once, “Musik bisa menyentuh hati, tapi ilmu bisa membuka jalan.”
(Lina)