Prof Taruna Ikrar Ingatkan Kader HMI: Kesehatan Harus Dijaga Kalau Indonesia Mau Jadi Negara Besar 2045

Kepala BPOM Prof Taruna Ikrar menyampaikan materi “Kesehatan sebagai Pilar Peradaban” di hadapan peserta Sekolah Pimpinan HMI 2025. Dalam pemaparannya, Prof Taruna menegaskan pentingnya peran mahasiswa dalam menjaga keamanan obat dan makanan serta mengawal Indonesia menuju 2045.
  • Prof Taruna Ikrar menegaskan Indonesia tak akan jadi negara besar jika rakyatnya tak sehat dan terus diserbu obat serta makanan berbahaya. Di SEPIM HMI 2025, Kepala BPOM itu mendesak kader HMI turun langsung mengawal pengawasan dan melawan ancaman penyakit serta produk ilegal yang kian agresif.
menitindonesia, JAKARTA — Hujan deras sore Jakarta membasahi kawasan Taman Mini Indonesia Indah ketika para peserta Sekolah Pimpinan Himpunan Mahasiswa Islam (SEPIM HMI) 2025 mulai memenuhi ruangan, Selasa (2/12/2025).
Suasana itu seperti mengisyaratkan sebuah pertemuan dan percakapan lintas generasi tentang masa depan bangsa.
BACA JUGA:
Prabowo Janjikan Pemulihan Rumah dan Infrastruktur di Daerah Bencana
Di tengah ruangan, Prof dr Taruna Ikrar, M.Biomed, Ph.D—ilmuwan dunia yang kini memimpin Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI)—berdiri dengan tenang. Setelah salam pembuka, ia melemparkan pantun yang seolah menjadi jembatan antara dunia akademik, birokrasi, dan jiwa muda mahasiswa.
“Kesehatan pilar peradaban yang berkualitas, HMI berintegritas mengawal Indonesia kuat.”
Kalimat itu, sederhana, tapi menjadi pintu masuk bagi sebuah gagasan besar: bahwa masa depan Indonesia ditentukan oleh kemampuan bangsa menjaga kesehatan rakyatnya.

Dari Visi 2045 ke Tantangan Hari Ini

Prof Taruna membuka pemaparannya dengan mengingatkan visi besar Indonesia Emas 2045. Di dalamnya tersimpan sebuah janji: sebuah negara nusantara yang berdaulat, maju, dan berkelanjutan.
Namun, ia mengajak peserta menatap realitas yang tak selalu mulus. Di layar terpampang data tentang stunting, penyakit tidak menular, hingga ketimpangan akses layanan kesehatan. Di sela angka-angka itu, Prof Taruna menekankan satu hal: “Bonus demografi hanya akan bermakna bila manusianya sehat,” ujarnya.
Suasana ruangan berubah lebih hening. Kata sehat yang ia maksud bukan adalah kesiapan sebuah bangsa untuk memasuki era baru—era inovasi, percepatan teknologi, dan dinamika krisis global.

BPOM di Jantung Sistem Kesehatan

Di bagian ini, Prof Taruna menjelaskan posisi BPOM sebagai benteng penting dalam transformasi kesehatan nasional. Unsur-unsurnya rumit: pengawasan obat dan makanan dari hulu ke hilir, evaluasi cepat terhadap obat dan vaksin, hingga kesiapsiagaan menghadapi darurat kesehatan.
BACA JUGA:
Jelang Pemilihan RT/RW, Wali Kota Makassar Appi dan Aliyah Patroli Malam Pantau Kondisi Wilayah
Melalui UU Kesehatan 17/2023, peran itu semakin tegas. Sanksi pidana bagi produsen obat dan alat kesehatan ilegal tak lagi menjadi peringatan administratif. Negara menunjukkan bahwa kualitas kesehatan rakyat tak boleh dinegosiasi.
Picsart 25 12 02 21 47 44 123 11zon 1
Prof Taruna Ikrar memberikan apresiasi kepada peserta SEPIM HMI 2025 usai menyampaikan materi tentang pentingnya perlindungan rakyat dari obat dan makanan berbahaya sebagai syarat Indonesia menjadi negara besar.
“Pengawasan obat dan makanan adalah kerja panjang menjaga martabat bangsa,” katanya. Kalimat itu meluncur pelan, tetapi memiliki bobot yang terasa kuat di telinga para peserta.

Kader HMI dalam Lingkar Peradaban

Ada satu titik dalam pemaparannya ketika Prof Taruna tidak berbicara sebagai kepala lembaga, melainkan sebagai seorang senior yang sedang berbicara kepada adik-adiknya sendiri.
Ia menegaskan bahwa kader HMI memiliki posisi strategis. Mereka berada di tiga pilar pengawasan—masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah. Mereka bisa menjadi konsumen yang cerdas, jembatan edukasi publik, hingga penggerak perubahan di tingkat komunitas. “Menjaga diri, masyarakat, dan lingkungan adalah bagian dari ibadah sosial,” ujarnya.
Selaras dengan pemikiran Ibnu Khaldun yang ia kutip kemudian: “Peradaban dibangun oleh manusia yang sehat akal dan kuat fisiknya.”
Kutipan itu seperti menancap di antara deretan catatan mahasiswa yang sibuk menulis.

Ekosistem Inovasi dan ABG Collaboration

Tak hanya mengulas pengawasan, Taruna Ikrar memaparkan dimensi lain yang jarang disentuh dalam diskursus umum: inovasi farmasi dan ekosistem kolaborasi.
Melalui model Triple Helix—Academia, Business, Government—BPOM mendorong lahirnya inovasi strategis. Ia menyebut berbagai kerja sama: vaksin Merah Putih, vaksin TBC M72, hingga terapi sel punca yang kini berkembang di berbagai universitas.
Puncaknya terlihat pada penyelenggaraan Gebyar ABG Collaboration pada November 2025—sebuah ajang yang mempertemukan industri farmasi dari enam negara dengan universitas-universitas Indonesia. Di acara itu, konsep Sinergi ABG yang ia kembangkan resmi dicatat sebagai ciptaan oleh Kemenkumham.
Inovasi, bagi Prof Taruna, merupakan langkah mempercepat kesejahteraan nasional.

Dunia yang Berubah dan Tantangan Baru

Materi kemudian bergerak pada lanskap global. Wabah penyakit menular, resistensi antimikroba, privasi data kesehatan, hingga gangguan kesehatan mental—semua itu disampaikan tidak dengan nada menakutkan, melainkan sebagai peta yang harus dibaca generasi muda.
Ia mengajak peserta memahami bahwa masa depan kesehatan bukan hanya urusan dokter atau regulator. Mahasiswa harus terlibat melalui literasi, advokasi, dan tindakan konkret di lingkungan masing-masing.
Sebagian peserta tampak mengangguk. Narasi itu terasa dekat dengan realitas yang mereka hadapi sehari-hari: gempuran informasi palsu, produk ilegal yang beredar bebas, hingga tekanan mental anak muda yang semakin nyata.
Menjelang akhir sesi, Prof Taruna menyampaikan sebuah pantun penutup. Kalimatnya lembut, namun menyimpan pesan yang tak kalah kuat dari seluruh pemaparan sebelumnya.
“Integritas kader jangan pernah goyah,
Kesehatan bangsa tugas peradaban.”
Di titik itu, suasana ruangan berubah lebih teduh. Para peserta tampak menyimpan sesuatu dalam diam—entah semangat baru, atau pemahaman bahwa perjalanan menjaga bangsa selalu dimulai dari diri sendiri. (AE)