menitindonesia, MAKASSAER – Konflik kekerasan di kalangan komuitas mahasiswa Luwu dan komunitas mahasiswa Bone, disoroti oleh Pengamat Sosial Politik, Mulawarman, sebagai tanda sistim pendidikan di kampus mengalami kemerosotan.
“Lihat foto dan video-video yang beredar di sosial media, korban mahasiswa berlumuran darah ditebas oleh sesama mahasiswa hanya persoalan beda kampung. Ini kalau dibiarkan bisa menjadi konflik horisontal dan perang antar suku,” kata Mulawarman melalui keterangannya, Senin (29/11/2021).
Menurut wartawan senior ini, konflik yang membawa etnis dan suku adalah konflik primordial yang sangat berbahaya. Ia pun meminta agar Plt Gubernur segera mengambil tindakan preventif untuk mencegah melebarnya konflik etnis mahasiswa Luwu dan mahasiswa Bone yang bisa memicu perang etnis di Sulsel.
“Semua pemimpin harus turun tangan sekarang, Plt Gubernur Sulsel, Pangdam dan Kapolda segera berkooordinasi. Termasuk Bupati Luwu, Walikota Palopo, Bupati Lutra dan Bupati Lutim, harus dipertemukan dengan Bupati Bone dan segera membuat himbauan bersama agar kedua belah pihak mahasiswa yang bertikai cooling down,” ucap Mulawarman.
Selain itu, Mulawarman juga menyarankan agar pola-pola yang pernah diterapkan Gubernur Amiruddin pada masanya, apabila terjadi konflik horisontal, segera mengajak seluruh tokoh berembuk dan menghembuskan perdamaian dan persaudaraan di tengah masyarakat Sulawesi Selatan.
“Termasuk semua rektor harus diundang, sebab semua konflik yang berbau etnis berasal dari Perguruan Tinggi dan ini tanda bahaya. Mahasiswa kan harusnya menjadi agen perubahan, bukan agen bencana yang memicu kerusuhan,” ujarnya.
Mulawarman menilai, pertikaian antar etnis di kalangan mahasiswa yang belakang ini berlangsung, merupakan otokritik bagi dunia pendidikan, termasuk bagi civitas akademika di perguruan tinggi. Ia menduga, terjadinya moral behavior di kalangan mahasiswa dampak dari banyaknya dosen di kampus-kampus yang malas mengajar, dan malas berinteraksi dengan mahasiswanya.
“Ini kan jadi keluhan mahasiswa selama ini, dosen-dosennya malas masuk mengajar. Bahkan mereka menyayangkan prilaku sebahagian dosen yang berebut jabatan di luar kampus dan berlomba-lomba mau jadi komisaris. Ini juga yang jadi masalah besar, karena konflik etnis ini justru terjadi di kalangan mahasiswa,” tutur Mulawarman.
Ia meminta agar maraknya perkelahian kelompok, tawuran di kalangan pelajar dan belakangan konflik etnis antar suku di kalangan mahasiswa agar segera diredam. Menurutnya, tidak ada gunanya jika tokoh-tokoh yang tidak dikenal dan tidak didengar oleh mereka yang berkumpul dan bikin deklarasi damai.
“Yang harus terjadi, Pemimpin di Sulsel yang harus memprakarsai adanya rembuk antar suku terutama yang berseteru, mahasiswa Luwu dan mahasiswa Bone. Jangan ada pembiaran, konfliknya sudah ke arah mau saling membunuh,” pungkasnya. (roma)