Aktivis 98 Syamsir Anchi: Demonstrasi Mahasiswa Tolak Harga BBM Itu Gerakan Moral, Tolong Aparat Jangan Represif!

Demonstran Angkatan 98, Syamsir Anchi. (Foto: Ist)

menitindonesia, MAKASSAR – Demonstran era tahun 1998, Syamsir Anchi, meminta agar aparat kepolisian, dalam menangani demontrasi mahasiswa yang menolak kenaikan harga BBM, agar aparat tidak melakukan pendekatan represif.
“Sampai hari ini, eskalasi demontrasi mahasiswa belum menurun. Yang perlu dipahami gerakan mahasiswa ini murni gerakan moral, sehingga aparat jangan semena-mena melakukan tindakan anarkis, tetapi mendahulukan pendekatan persuasif,” kata Syamsir Anchi melalui keterangannya di Makassar, Jumat (9/9/2022).
Alumni Fakultas Sastra Unhas Angkatan 93 ini, menambahkan, bahwa apa yang dituntut mahasiswa dalam demontrasi yang digelar terkait kenaikan harga BBM yang terlalu tinggi, juga adalah keresahan dan suara hati mayoritas masyarakat yang terkena dampak langsung.
Meskipun pemerintah mengalihkan subsidi BBM untuk penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebesar Rp500 ribu per bulan–dimulai bulan Desember ini, menurut Anchi, subsidi itu tidak memberi manfaat bagi keluarga penerima manfaat BLT.
“Masyarakat miskin dapat subsidi Rp500 ribu, tapi harga kebutuhan pokok naik 20-30 persen. Jadi masyarakat miskin semakin menderita karena daya belinya terhadap kebutuhannya lemah,” ujarnya.
Lebih lanjut, anchi mengatakan, bahwa tak hanya keluarga penerima manfaat yang terkena imbas, tetapi juga ASN dan TNI Polri, pasti akan terimbas kenaikan harga-harga kebutuhan pokok.
“Apalagi masyarakat baru saja lepas dari pandemi Covid-19, yang berdamak krisis ekonomi, seharusnya pemerintah menjaga kondisi perekonomian masyarakat agar pulih, bukan justru memukulnya dengan kenaikan harga,” ucap Anchi.
Direktur Pusat Informasi Lingkungan Hidup Indonesia (PILHI) ini, juga mengingatkan pemerintah, bahwa jika demonstrasi mahasiswa di seluruh nusantara ini semakin meningkat eskalasinya, bisa membuat gerakan yang hanya mahasiswa berkembang lebih massif dengan turunnya kelas menengah ikut berdemo bersama mahasiswa Indonesia.
“Kami sarankan, agar pemerintah segera merespon tuntutan mahasiswa dan melakukan pendekatan keamanannya secara persuasif, agar tidak terjadi kerusuhan seperti di tahun 1998. Kita mau bangkit setelah pandemi ini, bukan mau rusuh,” pungkasnya. (roma)