menitindonesia, MAKASSAR – Ketua DPRD Makassar, Rudianto Lallo ngopi bersama putra mantan Wali Kota Makassar Periode 1959-1978, HM Daeng Patopo, yakni Rahmat Endong Patompo di sebuah Warkop di Jalan Pongtiku, Makassar, Selasa (25/10/2022).
Mewakili keluarga HM Daeng Patompo, Endong menyampaikan terima kasih kepada politikus Partai NasDem itu karena tak pernah melupakan jasa pendahulunya.
Menurut Endong, banyak legecy mediang HM Daeng Patompo yang telah ditorehkan saat menjadi Wali Kota tempo dulu. Bukan hanya membangun Tanggul Patompo–yang dikenang sampai sekarang–juga banyak gedung bersejarah yang diadakan.
“Pak Rudianto ini sangat konsisten menjaga dan menyampaikan apa yang ditorehkan pendahulunya, termasuk yang dibuat ayah saya (Daeng Patompo) saat menjabat Wali Kota Makassar tahun 50-an hingga 70-an,” kata Endong Patompo.
Apa yang dilakukan Rudianto Lallo itu, lanjut Endong, ialah bentuk penghormatan kepada pemimpin pendahulunya dengan mengajak masyarakatnya mengingat jasa-jasa Daeng Patompo saat jadi Wali Kota.
Semasa Daeng Patompo menjabat Wali Kota Makassar selama 18 tahun (1959-1978), ketika itu, kata Endong, ayahnya benar-benar mewakafkan dirinya untuk membangun Kota Makassar yang dibanggakannya. Berbagai bangunan di Makassar sejak zaman Wali Kota Patompo, ujar dia, masih berdiri kokoh dan berfungsi dengan baik hingga saat ini.
“Tanggul yang menjadi penyangga banjir di Kecamatan Tamalate, masih dikenang hingga saat ini. Banyak lagi bangunan lainnya yang digagas Patompo masih bermanfaat sampai sekarang,” ungkapnya.
Sementara itu, Rudianto Lallo, mengatakan, HM Daeng Patompo adalah Wali Kota Makassar yang melegenda. Tak bisa dipungkiri, ujar dia, Kota Makassar bertambah luasnya berkat perjuangan Daeng Patompo.
“Tiga wilayah daerah tetangga, yaitu Maros, Gowa dan Pangkep, bergabung secara administrasi dengan Kota Makassar karena ingin merasakan kepemimpinan Wali Kota Patompo,” ujarnya.
Semula, di awal Patompo jadi Wali Kota, kata Rudianto, luas wilayah Makassar masih sempit, sehingga Patompo menyusun rencana perluasan wilayah dengan mengajak sebahagian tiga daerah penyanggah bergabung secara administrasi.
“Patompo berhasil memperluas Makassar setelah tiga wilayah penyanggah bergabung. Wilayah kepulauan dari Pangkep, wilayah Tamalate dari Gowa, dan wilayah Biringkanaya dari Maros,” ujarnya.
Setelah memperluas wilayah Makassar, kata Rudianto, Wali Kota Patompo menggencarkan pembangunan, mulai membangun drainase, merintis jalan dan mendirikan bangunan untuk dipakai sebagai sarana kantor dan pelayanan.
“Yang juga spektakuler, Pak Patompo pada masanya, membangun drainase selebar 3 meter di Jalan Arif Rahman Hakim, Kecamatan Tallo. Bayangkan, kalau tidak ada drainase ini, kalau hujan turun, Tallo bisa jadi pusat genangan air,” ujar Rudianto.
Yang membuat HM Daeng Patompo menjadi Wali Kota melegenda, kata dia, karena semua yang dibangun pada masanya, meskipun sudah berpuluh-puluh tahun lampau, masih dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dan terus dikenang hingga kini.
“Ini yang mesti menjadi contoh dari kepemimpinan Daeng Patompo, apa yang dikerjakan manfaatnya dirasakan hingga melampaui zamannya,” ucapnya.
Selain bangunan fisik yang langgeng, seperti tanggul dan drainase, ujar Rudianto, Patompo juga menjalankan program pemberantasan kemiskinan dan kebodohan. Program anti kemiskinan dan anti kebodohan yang dicetuskan Patompo itu, kata dia, benar-benar sampai ke masyarakat paling bawah.
“Jadi memang, HM Daeng Patompo ini, sebaik-baik pemimpin yang hadir di masanya. Ia getol membangun wilayah kumuh, seperti di kampung saya di Lakkang, dibangunkan Puskesmas dan ditempatkan dokter untuk melayani kesehatan masyarakat di pulau,” tutup Rudianto Lallo. (andi esse)