Indonesia Emas 2045 di Mata Mendagri Tito dan Gerakan Masyarakat TP Sriwijaya


menitindonesia, JAKARTA — Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian memaparkan pandangan ringkas mengenai peran generasi muda dan kerjasama antargenerasi Sumbagsel untuk membangun daerah menyongsong Indonesia Emas 2045.
Sumbagsel merupakan akronim dari Sumatera Bagian Selatan, terdiri lima provinsi Jambi, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, dan Sumatera Selatan.
Paparan Mendagri Tito disampaikannya dalam halalbihalal Tenaga Pembangunan Sriwijaya di Aula Nusantara IV Gedung MPR RI, Senayan, Jakarta, Sabtu (20/5/2023).
Perayaan ini dihadiri 2.500 warga Sumbagsel perantauan, mayoritas berdomisili di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
“Kenapa jargon Indonesia Emas 2045 ini keluar terus? Ada apa sebetulnya Indonesia Emas ini? Kita tidak ingin hanya sekadar jargon. Banyak survei lembaga internasional seperti World Bank, Mackenzie Research Institute, dan Gallup International semua memperkirakan Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi nomor empat dunia di tahun 2040-2045 setelah China, India, dan Amerika Serikat,” ungkap Mendagri Tito.
Menurut Tito, proyeksi Indonesia ekonomi nomor empat dunia bermakna luar biasa sebab bisa mengalahkan Inggris, Prancis, dan lain-lain.
Alasannya, karena memang dunia ini adalah anarki. Anarki artinya tidak ada one-single compelling power to rule the world (satu-satunya kekuatan yang memaksa untuk menguasai dunia).
“Dalam pertarungan ekonomi, kuncinya adalah produksi. Negara mana yang bisa memproduksi lebih banyak, lebih masif, dan mempengaruhi produksinya membanjiri negara lain, maka akan mendominasi,” sambung Mendagri Tito.
Mendagri Tito memaparkan, produksi memiliki tiga prasyarat. Pertama, mesin tenaga kerja yang besar. Kalau mesin tenaga kerja berarti populasi. Populasi Indonesia nomor empat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat.
“Kedua, sumber daya melimpah untuk lahan produksi. Kita semua sudah tahu, Indonesia adalah negara yang sangat kaya-raya dibandingkan negara-negara yang tidak memiliki sumber daya alam seperti Singapura. Ketiga, memiliki bentangan luas yang besar untuk menampung mesin produksi. Kita adalah negara kepulauan terbesar dengan tiga zona waktu. Ini yang mungkin menjadi potensi kita untuk mesin produksi massal,” serunya.
Mendagri Tito menekankan Indonesia mendapatkan lagi bonus demografi, anak-anak mudanya banyak, dibandingkan dengan negara-negara seperti Jepang, Korea, Singapura yang populasi penduduknya makin berkurang karena anak mudanya berfokus pada pekerjaan akhirnya jarang yang mau menikah.
“Bahkan di Jepang, saking krisisnya anak muda, itu saya baca salah satu penelitian: penduduk usia 15 tahun ada 50 persen yang belum mengalami, mohon maaf, sexual experience (pengalaman seksual),” tuturnya.
Mendagri Tito menilai Indonesia Emas bukan hanya jargon. Di dalamnya terdapat potensi, termasuk potensi dari daerah Sumbagsel.
“Sumatera bagian selatan memiliki potensi untuk memberikan kontribusi mencapai tujuan Indonesia Emas nomor empat ekonomi besar dunia. Jumlah penduduk Sumbagsel lebih kurang 30 juta jiwa. Itu setara dengan Australia, lebih daripada Malaysia,” katanya.
Sumber daya alam Sumbagsel luar biasa. Seperti tambang, di mana dulu Jepang menyerang Indonesia tertuju ke Balikpapan, Palembang, dan Riau karena sumber daya minyak bumi untuk Perang Dunia II.
Kekayaan alam Sumbagsel juga subur, tanahnya bergunung-gunung, ada juga rawa gambut, semua potensial. Belum lagi kekayaan lautnya, baik perairan laut di wilayah Bengkulu, Lampung, dan Bangka Belitung. Potensi-potensi itu luar biasa. Sumbagsel adalah daerah yang kaya.
“Cuma persoalannya memang belum maksimal dikelola untuk menjadi mesin produksi dan memberikan kontribusi membangun Indonesia Emas. Banyak potensi yang bisa dikerjakan, dan untuk membangun potensi itu perlu gerakan top-down dalam bentuk kebijakan dan bottom-up atau gerakan masyarakat dari bawah yang berkembang seperti TP Sriwijaya ini,” pungkasnya.
TP Sriwijaya diinisiasi mantan Menteri Perhubungan dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Radjasa merupakan perhimpunan masyarakat Sumbagsel perantauan, mayoritas di Jabodetabek. Pandangan Mendagri Tito mengarahkan gerakan masyarakat TP Sriwijaya untuk mendukung tujuan Indonesia Emas 2045. (Andi Aisyah Lamboge)