Momen Hari Kartini, Kebaya Merah Muda ‘Menyala’ di Ruang Paripurna DPRD Maros

Legislator perempuan Maros mengenakan kebaya merah muda dalam rapat paripunrna saat momen hari Kartini (21/04).
menitindonesia, MAROS – Ada yang mencuri perhatian dalam Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Maros pada Senin (21/4/2025). Deretan legislator perempuan tampak anggun dan kompak mengenakan kebaya merah muda, dalam semangat memperingati Hari Kartini.
Namun, di balik balutan kebaya itu, terselip pesan kuat: suara perempuan Maros yang tak ingin hanya sekadar didengar, tapi juga diperjuangkan.
Ketua Komisi III DPRD Maros, Haeriah Rahman, mengaku, kebaya yang dikenakan bukan sekadar simbol seremonial.
“Ini bukan sekadar baju. Ini semangat Kartini yang hidup dalam setiap perempuan Maros. Semangat untuk terus menyuarakan hak-hak kami, terutama dari dalam parlemen,” ujarnya penuh semangat.

BACA JUGA:
Antisipasi Ada Warga Miski Tak Dapat Bantuan, DPRD Maros Minta DTSN Divalidasi

Haeriah menyebut, peringatan Hari Kartini bukan hanya mengenang sosok pahlawan emansipasi, tapi juga menjadi refleksi atas perjalanan panjang perempuan dalam meraih kesetaraan di era modern.
“Kita tidak hanya memperingati, tapi juga melanjutkan perjuangan Kartini. Perempuan kini bisa mengenyam pendidikan, memimpin, dan mengambil peran strategis, semua tanpa melupakan kodrat dan nilai luhur perempuan,” ujarnya saat ditemui usai rapat.

BACA JUGA:
Rancangan Awal RPJMD disepakati DPRD dan Pemkab Maros, Target Rampung Agustus

Tak hanya retorika, perjuangan itu juga tercermin dalam berbagai kebijakan nyata yang telah dilahirkan DPRD Maros. Haeriah menyebut sejumlah regulasi progresif seperti Perda KIBLA (Kabupaten Inklusi dan Berbasis Layak Anak), perlindungan terhadap perempuan dan anak, serta kebijakan khusus untuk penyandang disabilitas.
“Kami ingin kebijakan ini bukan sekadar dokumen, tapi benar-benar hadir melindungi kelompok rentan. Kami juga intens berkolaborasi dengan DP3A Maros untuk menekan angka kekerasan terhadap perempuan dan menurunkan pernikahan anak,” tambahnya.
Namun, ia tak menutup mata terhadap tantangan besar yang masih dihadapi perempuan di Maros, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil.
“Banyak perempuan muda yang cerdas, tapi terhambat akses pendidikan dan ekonomi. Pemerintah harus hadir, menciptakan ruang bagi mereka agar bisa berdaya,” tegas legislator dari PAN tersebut.
Dalam pandangannya, Kartini bukan satu-satunya inspirasi. Haeriah juga menyebut tokoh perempuan Islam seperti Khadijah dan Aisyah, istri Nabi Muhammad SAW, sebagai panutan dalam menyeimbangkan peran perempuan di ranah publik dan domestik.
“Islam telah mengajarkan sejak lama bahwa laki-laki dan perempuan punya kedudukan setara dalam peran sosial dan spiritual. Kartini hanyalah salah satu cermin dari itu,” tutupnya.